Technologue.id, Jakarta – Dalam beberapa waktu ke depan, implementasi jaringan 5G akan terjadi secara massal. Ada banyak benefit yang bisa dimanfaatkan dari kian kencangnya konektivitas internet ini, meliputi Internet-of-Things (IoT). IoT memungkinkan semua device yang kompatibel untuk saling berkomunikasi dengan menukar dan menerima informasi bahkan dari jarak jauh. Namun, dengan manfaat yang besar itu, ancaman yang menunggu era IoT juga tidak kalah besar. Malware cryptomining hanyalah salah satunya.
Baca juga:
Siapa Kira? Game dan Browser Ini Ternyata Malware Miner Cryptocurrency!
Avast menemukan bahwa dalam 12 bulan terakhir, malware penambangan koin telah berkembang semakin canggih dan luas. Tak hanya menyerang PC, kini malware tersebut telah berubah dengan cepat dan menjadi ancaman atau risiko besar bagi ponsel cerdas dan ekosistem yang kompleks pada perangkat IoT. Akan tetapi, malware yang bekerja diam-diam dan acapkali tak diketahui korban ini relatif lebih susah dideteksi ketika menginfeksi device IoT. Dampaknya, tiba-tiba tagihan listriknya meningkat, masa hidup perangkat yang terserang jadi lebih pendek daripada seharusnya, dan risiko pencurian data pribadi yang tersimpan di perangkat itu meningkat.Baca juga:
Ratusan Model Smartphone Android Ada Adware-nya, dari Merek Apa Saja?
"Biasanya, pengguna PC bisa mengetahui apakah komputer mereka merupakan bagian dari botnet atau tidak, karena PC cenderung merespons lebih lamban dibandingkan biasanya, memanas, atau mendistribusi traffic yang mencurigakan," jelas Martin Hron, Peneliti Keamanan Avast, pada redaksi (04/06/2018). "Dengan perangkat IoT seperti kulkas cerdas dan asisten pribadi, gejalanya menjadi tidak begitu jelas. Pengguna membutuhkan solusi keamanan yang memantau traffic, perilaku, dan memperingatkan mereka ketika ada sesuatu yang salah.”Baca juga:
Ada Celah Keamanan Lagi di CPU, Kalau Diperbaiki Malah Begini Dampaknya
Mengapa cryptominer kini mulai menyerang perabotan smart home? Dipaparkan oleh Avast, supaya lebih efektif dan menguntungkan, cryptomining membutuhkan kekuatan komputer dalam skala besar. Karena biaya yang dibutuhkan untuk menambang sangat tinggi dan kekuatan CPU pada PC dan ponsel cerdas cenderung rendah, penjahat dunia maya berusaha untuk membajak jaringan pada perangkat yang terhubung yang biasanya dikenal sebagai botnets untuk memaksimalkan keuntungan.