Technologue.id, Jakarta - Smartphone 4G sudah banyak yang hilir mudik di pasar Indonesia. Sayangnya, angka penetrasi penggunaan layanan teknologi berbasis data itu disebutkan masih belum tinggi saat dibandingkan dengan negara lain. Kebutuhan masyarakat akan layanan 4G yang masih belum tumbuh ditengarai sebagai penyebab rendahnya penetrasi layanan berbasis data tersebut. Hal tersebut diakui Djatmiko Wardoyo, Director of Marketing & Communications PT. Erajaya.
Baca juga : Penetrasi 4G Indonesia Terganjal Harga Smartphone
"Penggunaan layanan data di Indonesia masih belum tinggi. Banyak yang sudah memakai perangkat dengan teknologi terbaru tapi masih belum memakainya secara optimal," jelas Djatmiko saat dijumpai Technologue.id di acara Obrolan Telko yang berlangsung di Jakarta. Djatmiko menambahkan, tidak optimalnya penggunaan fitur yang ada di perangkat oleh pengguna di Indonesia bukan baru terjadi di era 4G. "Sewaktu ngetren communicator dan BlackBerry, banyak penggunanya yang tetap pakai hanya SMS dan telepon. Padahal, ponsel mereka sudah bisa dipakai untuk chat atau internetan, saat itu paling canggihlah," kata Djatmiko lagi.Baca juga : Unik, Feature Phone Ini Bisa Jadi Modem 4G dan Konek ke Wi-Fi!
Nonot Harsono, Pengamat Telekomunikasi dari Mastel Institute mengakui kebutuhan masyarakat akan layanan 4G memang belum tumbuh. "Jangan-jangan orang Indonesia sebagian besar belum butuh itu (4G), yang penting bisa komunikasi verbal. Belum lagi ada yg merasa gaptek dan enggan untuk mencoba hal yang baru," jelas Nonot. Baik Djatmiko maupun Nonot menyebutkan perlunya edukasi supaya masyarakat Indonesia menggunakan perangkat teknologi sesuai kebutuhan. Mereka berharap supaya pengguna ponsel 4G juga mampu menggunakan teknologi yang ada di perangkatnya untuk mendukung aktivitas hariannya.Baca juga : Selain Andromax, Kini Haier Ciptakan Smartphone 4G Ramah Kantong Lainnya
Menurut Nonot, tantangan pemerintah dan para penyedia jaringan 4G adalah bagaimana menciptakan kebutuhan penggunaan layanan 4G yang bukan sekedar untuk kenyamanan, misalnya untuk menjalankan bisnis ataupun mendukung proses belajar. "Edukasi terkait fitur dan fungsi yang dimiliki perangkat jadi langkah yang perlu dijalankan semua pihak. Kita mau supaya teknologi dan perangkat 4G bisa dipakai secara luas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, maka kita harus kerjasama," tutup Djatmiko.