Technologue.id, Jakarta – MIT Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory (CSAIL) mengalami beberapa kemajuan luar biasa dalam bidang robotika baru-baru ini. Bukan lagi robot origami yang menjadi lebih cerdas berkat teknologi kecerdasan buatan (AI). Namun, proyek terbaru ini lebih canggih, yang memungkinkan Anda mengendalikan robot hanya dengan melihat saja, yang kemudian mendeteksi dan memperbaiki kesalahan dengan gerakan tangan yang sederhana. Tim mendemonstrasikan hasil penelitian mereka dengan video pendek yang menunjukkan pekerjaan manusia mengawasi lubang pengeboran robot di sebidang kayu. Interface mudah diakses pada orang-orang yang belum pernah dijumpai robot sebelumnya, artinya tidak ada pelatihan yang terlibat. Sensor otak dapat dengan cepat mendeteksi ketika seseorang menyadari bahwa robot akan membuat kesalahan. Dengan menggunakan gerakan tangan, robot kemudian dapat diperintahkan untuk melakukan tindakan yang benar. Direktur CSAIL, Daniela Rus, mengatakan bahwa dua sensor yang bekerja secara bersamaan memungkinkan respon yang hampir selaras dalam seketika. “Pekerjaan ini menggabungkan masukan EEG (Elektroensefalografi) dan EMG (Elektromiografi) memungkinkan interaksi manusia-robot alami untuk aplikasi yang lebih luas daripada yang dapat kami lakukan sebelum menggunakan hanya umpan balik EEG,” kata Rus. "Dengan memasukkan umpan balik otot, kita dapat menggunakan gerakan untuk memerintahkan robot secara spasial, dengan lebih banyak nuansa dan spesifisitas."
Baca juga:
Teknologi Ini Bantu Tingkatkan Performa Timnas Jerman di Piala Dunia 2018
Mengontrol robot dengan otak sering mengharuskan Anda untuk belajar bagaimana "berpikir" dengan cara tertentu sehingga sensor dapat menafsirkan perintah dengan benar. Ini adalah satu hal dalam lingkungan laboratorium terkontrol dengan operator terlatih, tetapi Anda dapat membayangkan bagaimana mungkin sulit di lokasi konstruksi yang bising, misalnya. Semua orang akrab dengan momen "uh-oh" yang Anda dapatkan ketika menyadari sesuatu sistem akan segera rusak. Untuk proyek ini, tim peneliti memanfaatkan kekuatan sinyal otak yang disebut ErrP atau kepanjangan dari error-related potentials, yaitu sebuah sinyal yang memancar secara alami ketika orang melihat kesalahan. ErrP menyebabkan robot berhenti, sehingga operator manusia dapat mengarahkan operasi dengan benar, jika diperlukan. Dalam studi itu, mengutip DigitalTrends.com (23/06/2018), Baxter robot memilih titik bor yang benar 70 persen dari waktu pada dirinya sendiri. Dengan pengawasan manusia, jumlah itu meningkat menjadi 97 persen. “Dengan melihat pada sinyal otot dan otak, kita dapat mulai memahami gerakan alami seseorang bersama dengan keputusan sekejap mereka tentang apakah ada sesuatu yang salah,” kata Penulis utama pada proyek penelitian tersbut, Joseph DelPreto. "Ini membantu berkomunikasi dengan robot lebih seperti berkomunikasi dengan orang lain."Baca juga:
Turis Asing Bakal Bisa Akses Medsos di China, Asal Liburannya ke Sini
Dalam demo tersebut, tim menggunakan "Baxter", robot yang berasal dari Rethink Robotics. Jika tidak ada kesalahan yang terdeteksi, maka robot itu akan bergerak sendiri secara otomotis. Namun jika terjadi kesalahan yang terdeteksi dengan menggunakan sinyal otak, maka robot akan meminta bantuan. Jika sistem tidak berhasil mendeteksi kesalahan, gerakan tangan dari manusia akan membantu mengoreksi gerakan yang salah tadi. Penemuan ini sangat penting. Tidak seperti manajemen robotik sebelumnya, pengguna tidak perlu berpikir langkah yang sudah ditentukan sebelumnya. "Apa yang hebat tentang pendekatan ini adalah bahwa tidak perlu melatih pengguna untuk berpikir dengan cara yang ditentukan," ujar DelPreto. "Mesin ini beradaptasi dengan Anda, dan bukan sebaliknya.”Baca juga:
Sistem yang dikembangkan membuat komunikasi dengan robot sama seperti komunikasi dengan orang lain. Penelitian ini diharapkan dapat berguna di masa depan.