Technologue.id, Jakarta - Pandemi Covid-19 tentu mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia bahkan seluruh dunia dalam penggunaan teknologi imersif, khususnya Augmented Reality dan Virtual Reality (AR/VR) yang dipercaya dapat membuka lapangan usaha baru di Indonesia.
Teknologi imersif merupakan teknologi yang mengaburkan batasan dunia nyata dengan dunia digital, sehingga penggunanya bisa merasakan suasana yang mirip dengan dunia nyata. Untuk itu, melalui Startup4Industry, program Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA) Kemenperin dapat menjembatani antara kebutuhan industri dengan startup Indonesia, sebagai penyedia teknologi.
Program ini secara resmi diluncurkan oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita bersama Dirjen IKMA Gati Wibawaningsih pada Rabu lalu, dengan mengusung tema Indonesia Percaya Diri Dengan Teknologi Dalam Negeri. Dalam rangkaian acaranya yakni seminar nasional berjudul "AR/VR Untuk Making Indonesia 4.0", dikatakan teknologi imersif telah diakui dan menjadi salah satu lapangan usaha baru yang cukup menjanjikan ditambah dengan adanya perubahan gaya hidup masa new normal.
Tenaga Ahli Program Startup4Industry, Ditjen IKMA Kemenperin Endang Suwartini mengungkapkan perkembangan teknologi imersif ini perlu mendapat perhatian pemerintah karena terbukti dapat menciptakan satu lapangan kerja baru. Tren penggunaan AR/VR dimasa pandemi ini pun menjadi meningkat mulai dari penggunaan untuk gamming hingga digunakan untuk industri, edukasi, pelatihan maupun pariwisata.
"Semakin berkembangnya industri AR/VR ini akan mendorong industri elektronika di Indonesia agar dapat mulai mengembangkan Research & Development untuk pengembangan hardware-nya," ucap Endang dalam seminar tersebut secara virtual, yang dikutip Sabtu (17/10).
Seminar Startup4Industry kali ini bekerja sama dengan Asosiasi AR/VR Indonesia (INVRA) dan menghadirkan enam pembicara dari industri AR/VR, yaitu Indra Haryadi (Arutala), Randy Iswara (Primeskills), Adi Nugroho (Festivo), Juliwina (AR&Co), Andes Rizki (Shinta VR), dan I Wayan Lovayana (D'Lontar).
Menurut para pembicara, pandemi telah merubah perilaku masyarakat saat ini. Contohnya, banyaknya seminar online yang berlangsung juga sebagai salah satu perubahan perilaku akibat dampak pandemi. Selain itu, COVID-19 juga mendorong percepatan terhadap adaptasi teknologi.
"Dua hal ini menjadi premis dasar bahwa penggunaan AR/VR itu diperlukan sekali," kata Randy.
Randy membayangkan betapa membosankannya ruang kelas kuliah atau pelatihan tanpa menggunakan VR. Dengan bantuan teknologi tersebut, ia bilang interactive learning dapat diterapkan. Menurutnya, penerapan VR itu lebih fun, dimana penggunaan gamification seolah-olah seperti sedang bermain game. Bahkan saat ini VR juga sudah memungkinkan penggunanya untuk bisa melihat gesture, intonasi suara dan banyak hal lain.
Sementara itu, Chief Business and Innovation Officer Festivo Adi Nugroho menyatakan teknologi AR/VR sudah menjalani riset yang panjang sebelum akhirnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Yang menjadi perhatiannya adalah dengan penggunan teknologi VR, persepsi kehadiran dan interaksi seseorang itu sangat tinggi, dibandingkan hanya melihat layar televisi, laptop, ponsel dan sebagainya.
"Bicara soal realitas dan visualitas, realitas berarti menghadapi life environment, di dunia nyata. Di tengah ada mixed reality. Lalu ada virtualitas, yaitu virtual environment. Kita bisa mengontrol environtment dalam tiga dimensi," papar Adi.
Andes Rizky yang juga merangkap Ketua INVRA menjelaskan saat ini adalah momentum industri AR/VR Indonesia untuk bangkit seiring masuknya teknologi imersif sebagai lapangan usaha baru yang diakui pemerintah melalui publikasi Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Bahkan, industri AR/VR Indonesia pun sudah merambah ke luar negeri, seperti paparan Indra (Arutala), Juliwina (AR&Co), dan Andes Rizky (Shinta VR) yang telah mengerjakan proyek AR/VR di Jepang dan Myanmar.
Tidak hanya itu, Wayan (D'Lontar) memaparkan teknologi AR membantu pariwisata di Bali untuk mulai bangkit kembali, dengan menggunakan teknologi 360º menghadirkan suasana dan keindahan Bali yang lebih menyatu dengan penggunanya.
Kemenperin berharap, teknologi AR/VR dapat membantu mengurangi dampak akibat pandemi Covid-19 di Indonesia. "Kami mengajak seluruh startup teknologi provider di Indonesia untuk bergabung dengan Startup4Industry 2020 melalui program-program bergengsi yakni Tech Link, Temu Bisnis, Diskusi Solutif hingga kompetisi berhadiah ratusan juta. Info lebih lengkap dapat berkunjung ke www.Startup4Industry.id dan mari bersama menjadi bagian dari Gerakan Making Indonesia 4.0," tutup Endang.