Technologue.id, Jakarta - Matahari terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun lalu dan diyakini bakal bertahan selama 4,5 hingga 5,5 miliar tahun lagi.Kita tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam miliaran tahun mendatang, tapi pengetahuan tentang bagaimana bintang berevolusi memungkinkan para astronom menyimpulkan bagaimana kehidupan Matahari di kemudiaj hari akan terjadi.
Bintang yang lebih masif mungkin mengakhiri hidup mereka (Matahari) dalam ledakan yang dikenal sebagai supernova. Melansir laporan Science Focus, ternyata itu bukan satu-satunya skenario yang mungkin menunggu pusat tata surya kita dalam evolusinya menuju kematian.
Baca juga:
Antena Mata Majemuk Bisa Melihat hingga Matahari
- Fase pembakaran hidrogen
Setiap detik Matahari mengubah 600 juta ton hidrogen menjadi empat juta ton energi. Sisanya diubah menjadi 'abu' helium. Sepanjang hidupnya, keluaran energi Matahari terus meningkat, dan diperkirakan tumbuh 30% lebih terang dalam 4,6 miliar tahun sejak terbentuk.
Selama miliaran tahun ke depan, karena semakin banyak hidrogen yang diubah menjadi helium, Matahari akan menjadi sekitar 10% lebih terang, mengarah pada peningkatan energi panas. Jika kita mempertimbangkan efek perubahan iklim buatan manusia terhadap pola cuaca planet kita, coba bayangkan efek peningkatan panas itu terhadap Bumi.
Panas yang meningkat akan menyebabkan lapisan es di kutub mulai mencair dan lautan menghangat, mengirimkan uap air ke atmosfer. Uap air itu akan memerangkap lebih banyak panas, menciptakan efek 'rumah kaca lembab' yang meningkatkan suhu global lebih tinggi lagi.