Technologue.id, Jakarta – Tik Tok Indonesia memiliki teknologi untuk menyaring atau mem-filter konten negatif di platform-nya. Teknologi itu merupakan gabungan dari kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dengan Human Resources (HR). Tik Tok menyadari, sebagai aplikasi media sosial, platform mereka tidak terlepas dari masuknya berbagai konten negatif. Akan tetapi, mereka punya cara sendiri dalam menghalau penayangan konten yang di luar batas norma. "Di setiap social media pasti ada konten negatif. Itu satu hal yang tidak bisa kita hindari, namun bisa dicegah. Tik Tok punya engine melalui figur tubuh dan keyword. Bila terdeteksi ada konten negatif, maka engine akan bekerja," kata Dina Bhirawa, Head of Marketing Tik Tok Indonesia, saat pengumuman TikTok Year In Rewind 2018, di Jakarta, Senin (17/12/2018).
Baca juga:
Tik Tok Ungkap Tren Selama 2018, Ada Bowo Alpenliebe?
Tak hanya teknologi AI, Tik Tok juga mengerahkan tenaga manusia untuk memoderasi konten secara manual. Dengan adanya sistem canggih ditambah tim manajemen yang lihai menyaring konten berbau pornografi, Tik Tok berkomitmen memberikan platform video singkat yang aman dan pantas bagi seluruh penggunanya. Akibat isu konten negatif, pemerintah Indonesia sempat melakukan pemblokiran terhadap aplikasi video asal Tiongkok tersebut. Hal itu dilakukan karena aplikasi tersebut isinya banyak mengandung unsur pornografi, konten tidak pantas, dan penodaan agama.Baca juga:
Pembuat Aplikasi Tik Tok, Kini Jadi Startup Paling Mahal
Pemblokiran selama satu hari itu sendiri telah dicabut, setelah adanya konfirmasi dari pihak Tik Tok bahwa isinya sudah “dirapikan”. Setelah dibukanya akses kembali di Indonesia, aplikasi Tik Tok pun memenuhi sejumlah permintaan yang diajukan pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), salah satunya membuka kantor di Tanah Air.Baca juga:
Di kantor yang berada di The Plaza, Jakarta, Tik Tok menempatkan tim monitoring yang bertugas memantau tayangan konten-konten buatan kreator lokal. Selain itu ada juga channel khusus untuk menampung komplain sebelum ditindaklanjuti. Dengan begitu, pengguna tidak perlu menunggu lama aksi nyata dari setiap keluhannya.