Technologue.id, Jakarta – Nama Telegram di jajaran aplikasi pesan instan memang tak terkenal-terkenal amat. Dari segi jumlah pengguna pun aplikasi bikinan Pavel Durov itu kalah jauh dari WhatsApp. Detailnya, pengguna bulanan Telegram sekarang baru 100 jutaan, sementara WhatsApp sudah lebih dari 1 miliar. Meski begitu, bukan berarti Telegram layak diremehkan. Kemampuan Telegram untuk melakukan end-to-end encryption sehingga bisa mengamankan pesan-pesan yang dikirimkan penggunanya sedang coba dilemahkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Setidaknya, begitu klaim Durov. "Selama kunjungan tim kami selama seminggu ke AS tahun lalu, ada upaya untuk menyogok developer kami dan tekanan dari pihak FBI pada saya," jelas pria asal Rusia itu dalam cuitan akun Twitter pribadinya (11/06/17). Durov sekaligus menuangkan sinismenya terhadap independensi developer aplikasi di Negeri Paman Sam itu. Menurutnya, hampir tidak mungkin seorang pengembang bisa menjalankan aplikasi komunikasi yang aman serta independen di AS, karena intervensi dari para elit pasti akan tiba, cepat atau lambat. Telegram sendiri dikenal atas fitur chat rahasianya yang diklaim aman. Aplikasi ini bahkan sempat dipakai oleh kelompok ISIS untuk saling berkomunikasi dan menyebar propagandanya. Salah satu upaya intervensi pemerintah AS dan FBI ini barangkali terkait dengan serangan teroris di Paris pada November 2015 lalu. Pasca kejadian itu, pihak berwajib meminta agar aplikasi telekomunikasi seperti WhatsApp, iMessage, dan Telegram menyediakan akses backdoor agar penyelidikan lebih lanjut bisa dilangsungkan. Baca juga: Bosan dengan Tampilan WhatsApp yang Itu-Itu Saja? Pindah ke Telegram! Cara Jadikan Facebook Messenger Sekretaris Pribadi Anda Hati-Hati, WhatsApp Versi Web Rentan Diretas
Contact Information
Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260
We're Available 24/ 7. Call Now.
SHARE:
SHARE: