Technologue.id, Jakarta - Badan antariksa Amerika Serikat, NASA dan badan antariksa Eropa, ESA berkolaborasi untuk mendorong misi eksplorasi Mars pada 2028. Misi tersebut melibatkan sebuah rover atau penjelajah bernama Rosalind Franklin.
Penjelajah Rosalind Franklin adalah bagian dari misi dua tahap ExoMars, yang idenya dimulai pada tahun 2001. Ini terdiri dari dua misi terpisah ke Mars, yang pertama telah dilaksanakan pada tahun 2016 ketika Trace Gas Orbiter dikirim ke Mars bersama dengan Schiaparelli, demonstran kemampuan pendaratan untuk misi penjelajah lanjutan, dikutip dari Neowin.
ExoMars adalah kemitraan antara ESA dan badan antariksa Rusia Roskosmos. Penjelajah Rosalind Franklin dijadwalkan untuk penerbangan pada tahun 2020, namun kemudian ditunda hingga tahun 2022 karena masalah perkembangan.
Oleh karena Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 dan sebulan kemudian hubungan antar lembaga secara definitif terputus. Akibatnya, nasib Rosalind Franklin berada dalam bayang-bayang, karena Roskosmos tidak hanya menyediakan peluncur Soyuz tetapi juga berkontribusi dengan perangkat keras di dalam rover tersebut, yang seharusnya dikirim ke Mars dengan pendarat Kazachok buatan Rusia.
Misi ini terselamatkan ketika anggaran ESA disetujui pada akhir tahun 2022. Hal ini memungkinkan badan tersebut untuk mencari kemitraan baru, seperti yang diumumkan minggu ini. “Dengan nota kesepahaman ini, NASA Launch Services Program akan mendapatkan penyedia peluncuran komersial AS untuk penjelajah Rosalind Franklin. Badan tersebut juga akan menyediakan unit pemanas dan elemen sistem propulsi yang dibutuhkan untuk mendarat di Mars," tulis pengumuman tersebut.
“Instrumen baru pada penjelajah ini akan menjadi bor pertama hingga kedalaman 6,5 kaki (2 meter) di bawah permukaan untuk mengumpulkan sampel es yang telah dilindungi dari radiasi permukaan dan suhu ekstrem," tambah pengumuman tersebut.
Baca Juga:
Starliner Buatan Boeing Siap Meluncur Bawa Astronot NASA ke ISS