"Sel paru-paru ini bertahan selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, dan dengan demikian dapat mengakumulasi mutasi dengan usia dan merokok," jelas ahli epidemiologi dan paru Simon Spivack dari Albert Einstein College of Medicine, dikutip Science Alert.
"Dari semua jenis sel paru-paru, ini adalah yang paling mungkin menjadi kanker," tambahnya.
Menurut penulis, temuan dengan tegas menunjukkan mutasi pada paru-paru manusia meningkat seiring bertambahnya usia. Sedangkan di antara perokok, kerusakan DNA bahkan lebih signifikan.
Asap tembakau telah lama dikaitkan dengan pemicu kerusakan DNA di paru-paru. Hanya studi baru menemukan tidak semua perokok berada di kondisi yang sama. "Perokok terberat tidak memiliki beban mutasi tertinggi," ujar Spivack.
Baca juga:
Facebook dan Instagram Bakal Blokir Influencer yang Promosikan Vape dan Rokok
"Data kami menunjukkan orang-orang ini mungkin bertahan begitu lama, meskipun mereka merokok berat. InI karena mereka berhasil menekan akumulasi mutasi lebih lanjut. Penurunan mutasi ini dapat berasal dari orang-orang ini dengan sistem yang sangat mahir untuk memperbaiki kerusakan DNA atau mendetoksifikasi asap rokok," tambahnya.
Temuan ini dapat membantu menjelaskan mengapa 80-90 persen perokok seumur hidup tidak pernah mengembangkan kanker paru-paru. Ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa orang yang tidak pernah merokok sama sekali justru mengembangkan tumor.
Sementara asap tembakau beracun tampaknya memicu mutasi sel ekstra di paru-paru. Apakah mutasi ini berkembang menjadi tumor tergantung pada seberapa baik tubuh dapat memperbaiki DNA atau mengurangi kerusakannya.