Mengutip riset yang dipaparkan Teguh dalam GeekTalk bertema "Tol Langit Menjembatani Indonesia: Masa Depan Indonesia Berdaulat di Era Digital”, dari Q3 2021 kecepatan internet Starlink di AS mencapai 87 Mbps, sedangkan fixed broadband 120 Mbps.
Seiring berjalannya waktu, Q1 2022 menjadi titik awal penurunan kecepatan internet Starlink dari yang sebelumnya 105 Mbps di Q4 2021 menjadi 91 Mbps. Sampai pada Q3 2022, internet Starlink terus mengalami tren penurunan kecepatan download, sedangkan kecepatan internet fixed broadband naik secara konsisten hingga 164 Mbps di kuartal yang sama.
"Tapi jangan salah di negara lain, bahkan mereka (Starlink) mengalahkan fix broadband, contohnya di Australia, negara maju, fix broadband kalah. (Begitu juga) di Jerman, Inggris, Meksiko (Starlink unggul). Kebanyakan dipakai untuk sekolah-sekolah yang belum terkoneksi dan healthcare," terang Teguh.
Di Indonesia, kehadiran Starlink menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi dunia telekomunikasi di 2024. Teguh mengatakan, kehadiran Starlink memperkenalkan dinamika baru. "Nah kalau enggak ada teknologi baru, enggak ada dinamika baru, enggak ada pro kontra. Dengan ini dinamika menjadi hidup," ujar Teguh.
Selain Starlink, inklusivitas digital juga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dunia telekomunikasi Indonesia. Inklusivitas digital, terutama di daerah terpencil menjadi tantangan besar, termasuk mengatasi biaya tinggi pembangunan jaringan dan kesenjangan akses teknologi antara wilayah perkotaan dan pedesaan.