Technologue.id, Jakarta - Kehadiran Starlink sempat ramai dibicarakan netizen beberapa bulan lalu. Starlink menawarkan layanan akses internet berkecepatan tinggi, yang bahkan dapat digunakan di wilayah terpencil sekalipun.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Starlink pada Mei 2024 berkolaborasi menghadirkan fasilitas internet di puskemas daerah. Uji coba layanan internet ini digelar di Puskesmas Pembantu (Pustu) Sumerta Kelod, Denpasar, Minggu (19/5), yang menjadi lokasi peresmian kerja sama.
Elon Musk, CEO SpaceX hadir langsung meresmikan uji coba layanan internet di wilayah tersebut, bersama dengan beberapa menteri seperti Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi.
Baca Juga:
GeekTalk: Tantangan Utama Dunia Telekomunikasi Indonesia di 2024
Starlink menawarkan kecepatan internet yang bervariasi tergantung pada lokasi dan kondisi jaringan. Pengguna Starlink dapat mengharapkan kecepatan unduh antara 25 hingga 220 Mbps, dengan sebagian besar pengguna mendapatkan kecepatan di atas 100 Mbps.
Selain Starlink, ada beberapa perusahaan lainnya yang menawarkan layanan serupa. "Enggak cuma Starlink sebenarnya di dunia, ada Kuiper, ada OneWeb, ada Telesat dari Kanada, cuma memang yang paling banyak, paling sukses itu Starlink dengan 4.400 satelit," jelas Teguh Prasetya, CEO PT. Alita Praya Mitra dalam sesi GeekTalk di Event Technologue Award 2024 di Jakarta, Senin (26/8/2024).
Meskipun Starlink tampak diunggulkan karena memberikan akses internet kecepatan tinggi, di beberapa negara speed internet Starlink kalah dengan teknologi fixed broadband. "Di AS, terbukti setelah pengguna banyak, rata-rata kecepatan Starlink itu cuma sekitar 53 Mbps hingga Q3 2022," kata Teguh.
Masih di kuartal tersebut, kecepatan internet Starlink lebih lemah dibandingkan fixed broadband di negara lain seperti Selandia Baru, Prancis dan Kanada.