Technologue.id, Jakarta - Dengan diterapkannya batasan baru di pedoman komunitas Facebook dan Instagram, President of Global Affairs dari Meta; Nick Clegg mengungkapkan bahwa Meta akan mengaktifkan kembali akun Facebook dan Instagram milik mantan Presiden Amerika Donald Trump.
Clegg berpendapat, “Resiko yang diberikan Trump terhadap keamanan publik sudah cukup berkurang.” Meskipun begitu, apabila kedepannya Trump melakukan pelanggaran terhadap kebijakan platform lagi, akun beliau terancam dapat ditangguhkan kembali selama 2 tahun.
Baca Juga:
Pulihkan Akun di Twitter, Harapan Akhir Donald Trump Ada di Tangan Elon Musk
Keputusan ini muncul setelah langkah yang hampir sama yang diambil oleh Twitter sebelumnya. Setelah diambil alih oleh Elon Musk, Twitter mengembalikan akun Donald Trump pada November 2022. Meskipun Demikian, Trump belum kembali menggunakan platformnya untuk menyebarkan cuitannya.
Pihak perwakilan Donald Trump belum memberikan pernyataan resmi terkait pengaktifan kembali akun Instagram dan Facebook Donald Trump. Sebelum pengumuman tersebut diberitahukan, tim dari Meta meminta untuk bertemu dengan pengacara Donald Trump. Kebanyakan dari asisten dan penasihat Donald Trump mengetahui berita tersebut dari laporan media.
Donald Trump memberikan pernyataan mengenai pengaktifan kembali akunnya melalui platform miliknya sendiri; Truth, ”Hal tersebut seharusnya tidak boleh terjadi pada Presiden yang sedang menjabat, ataupun siapapun yang tidak sepantasnya mendapat perlakuan tersebut.”
Baca juga:
Twitter Uji Coba Fitur Baru Tweet Media Campuran
Dengan kembalinya akun Facebook dan Instagramnya, Donald Trump mendapatkan kembali akses yang besar untuk komunikasi dan penggalangan dana untuk kampanye ketiganya menuju Gedung Putih. Donald Trump memiliki 34 juta pengikut di Facebook, dan 23 juta di Instagram.
Keputusan yang dibuat Meta tersebut mengundang banyak komentar dan kritik. Anggota kongres, Adam Schiff mengatakan, “Memberikan platform media sosial pada Trump untuk menyebar kebohongan dan hasutan adalah keputusan yang berbahaya.”
Sedangkan Direktur American Civil Liberties Union; Anthony Romero berpendapat bahwa sosial media adalah pemeran utama dalam kebebasan berpendapat. Mereka seharusnya memberikan kesempatan untuk menyuarakan pendapat politik meskipun hal tersebut dapat menyinggung orang lain.