Lebih lanjut ia mengatakan terkait pencegahan serangan siber, langkah-langkah pengamanan harus sudah diambil sejak fase pengembangan aplikasi untuk memastikan tidak ada celah keamanan dari API (Application Programming Interface) yang dipergunakan, didalam baris program tidak ada kode jahat yang tidak sengaja tersisipkan karena menggunakan SDK (Software Development Kit), serta tidak ada bug atau kesalahan pemrograman yang dapat dimanfaatkan oleh peretas.
"Data yang disimpan di server juga harus diamankan dengan menggunakan enkripsi yang kuat sehingga jika terjadi kebocoran data peretas tidak akan bisa membaca isi data yang dicuri tersebut," ujar Pratama.
Menurutnya, pengelola PDN nantinya tidak boleh hanya bergantung kepada perangkat keamanan siber yang dimiliki karena masih banyak hal yang juga harus dilakukan seperti memiliki backup data yang disimpan dalam data vault offline untuk mencegah server utama dan server backup terkena serangan ransomware.
Selalu melalukan update aplikasi untuk menutup celah keamanan yang sudah diketahui, menggunakan pendekatan multi-layered security dengan menggabungkan berbagai teknologi dan metode keamanan, menerapkan BCM (Bussiness Continuity Management) dan selalu simulasikan prosedur dalam BCM secara berulang-ulang yang bertujuan supaya dikemudian hari tidak terjadi downtime yang membutuhkan waktu penyelesesaian sampai berhari-hari.
"Dan yang tidak kalah penting adalah secara berkala dan terus menerus melakukan assesment terhadap kerawanan serta celah keamanan siber dari sistem yang dimiliki," ujarnya.