Technologue.id, Jakarta - Departemen Perdagangan AS telah menyelidiki tiga perusahaan telekomunikasi besar China, China Mobile, China Telecom, dan China Unicom karena potensi eksploitasi data. Penyelidikan ini difokuskan pada apakah perusahaan-perusahaan tersebut menyediakan data ke Beijing melalui layanan cloud dan internet mereka.
Hasil sementara penyelidikan ini menunjukkan bahwa analisis berbasis risiko untuk China Mobile dan China Telecom telah selesai. Namun, penyelidikan terhadap China Unicom masih belum menemukan titik terang.
Baca Juga:
Smartfren Kantongi Rp11,6 Triliun Sepanjang 2023
Investigasi ini belum diungkapkan kepada publik, dan pengadilan sudah memberikan surat pemanggulan kepada perusahaan-perusahaan yang terlibat. Meskipun dilarang menyediakan layanan telepon dan internet ritel, perusahaan-perusahaan tersebut mempertahankan kehadirannya di AS melalui operasi skala kecil seperti menawarkan layanan cloud dan mengarahkan lalu lintas internet grosir.
Sejauh ini, belum ada tanggapan dari perusahaan Tiongkok atau pengacara mereka yang berbasis di AS. Departemen Kehakiman dan Gedung Putih menolak mengomentari masalah ini, sementara Kedutaan Besar Tiongkok telah mendesak AS untuk berhenti menekan perusahaan-perusahaan Tiongkok.
Sejarah
Investigasi ini merupakan bagian dari regulasi terhadap perusahaan telekomunikasi Tiongkok. Pada tahun 2019, FCC menolak permohonan China Mobile untuk layanan telepon. Hal ini disusul dengan pencabutan izin China Telecom dan China Unicom masing-masing pada tahun 2021 dan 2022.
Pada bulan April 2023, FCC melarang perusahaan-perusahaan ini menyediakan layanan broadband, dengan alasan risiko seperti kesalahan rute lalu lintas internet melalui Tiongkok dan potensi intersepsi, manipulasi, atau pemblokiran data.
Risiko dan Keamanan
Terdapat risiko teknis dan keamanan yang signifikan terkait dengan kehadiran perusahaan-perusahaan ini di infrastruktur Internet AS. Points of Presence (PoPs) China Telecom di AS sangat rentan terhadap analisis metadata dan pemeriksaan paket mendalam.
Selain itu, ada kekhawatiran mengenai layanan cloud yang berpotensi memberikan akses ke informasi pribadi dan kekayaan intelektual, sehingga menimbulkan risiko gangguan terhadap data orang Amerika. Minat khusus telah diarahkan pada pusat data yang dimiliki sebagian oleh China Mobile di Silicon Valley, karena kepemilikannya meningkatkan potensi kesalahan penanganan data.
Baca Juga:
Kuy Kunjungi Wonderlab, Instalasi Seni Imersif di Mall Pusat Jakarta
Para ahli telah menekankan kecanggihan Tiongkok sebagai musuh global. Doug Madory dari Kentik menyoroti risiko yang ditimbulkan oleh kemampuan canggih Tiongkok. Sementara, Bert Hubert, seorang ahli komputasi awan asal Belanda, mencatat bahwa kepemilikan pusat data memungkinkan peluang yang lebih besar untuk memasang pintu belakang atau menerobos enkripsi.
Investigasi Departemen Perdagangan AS terhadap China Mobile, China Telecom, dan China Unicom menyoroti upaya yang sedang berlangsung untuk menjaga keamanan nasional dengan meneliti akses asing ke data AS. Langkah-langkah ini, meskipun berpotensi mengganggu, namun dianggap perlu untuk memitigasi risiko yang terkait dengan meningkatnya ketegangan teknologi AS-Tiongkok.