Namun, di sisi lain Aryo juga melihat peluang bagi beberapa vendor smartphone untuk memanfaatkan situasi ini. "Para vendor smartphone tetap memiliki kesempatan untuk meningkatkan pangsa pasar mereka dengan menawarkan produk yang lebih kompetitif dalam segi harga dan fitur," jelasnya.
"Konsumen saat ini akan lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang mereka untuk membeli sebuah perangkat smartphone," tambahnya.
Survei yang dilakukan oleh Reasense, divisi riset dari SEQARA Communications, terhadap perilaku konsumen di Indonesia menunjukkan bahwa 78,6% responden mengaku khawatir dengan kenaikan harga smartphone saat ini.
Sementara itu, ketika ditanyakan mengenai kemungkinan responden untuk mengganti perangkat smartphone maka sebanyak 44% responden menyatakan berencana untuk membeli perangkat baru, 30% akan tetap menggunakan perangkat smartphone yang dimiliki sekarang, dan sisanya 26% tidak sama sekali memiliki rencana untuk membeli perangkat baru.
Hasil survei Reasense ini bisa menjadi pertimbangan bagi para vendor smartphone untuk lebih memperkuat brand image melalui divisi atau agensi kehumasan mereka. Dari hasil 44% responden yang berniat membeli ponsel cerdas baru, bisa menjadi pijakan bagi sebuah vendor smartphone untuk terus melakukan engagement dengan konsumen loyal, sekaligus menggaet calon konsumen baru.
Penguatan brand image perlu dilakukan melalui media sebagai sumber informasi yang meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat, bukan terbatas melalui Key Opinion Leader (KOL) semata–yang belakangan justru gencar dilakukan oleh sebagian besar brand smartphone.
"Kesimpulannya, dalam menyikapi keadaan ini vendor smartphone perlu lebih kreatif dalam memasarkan produknya. Tidak hanya berhenti pada peluncuran produk yang terkesan jor-joran namun harus tetap menawarkan promosi dan diskon yang menarik minat konsumen," pungkasnya.