The Straits Times melaporkan, ini mengacu pada peradangan otak dan meninges. Ini merupakan selaput yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang.
Tes reaksi berantai polimerase anak laki-laki itu kembali positif untuk COVID-19, serta rhinovirus/enterovirus, dan virus pernapasan syncytial.
Dalam pernyataannya, Depkes Singapura, mengatakan, COVID-19 dapat mengakibatkan penyakit parah. Bahkan pada anak-anak dan mereka yang tidak memiliki kondisi medis sebelumnya.
Baca juga:
COVID-19 Saja Bikin Susah Dunia, Kini Peneliti Temukan Ribuan Virus Baru di Lautan
"Vaksinasi secara substansial mengurangi kemungkinan penyakit parah ketika seseorang terinfeksi," katanya.
Otoritas Singapura menambahkan, mereka merekomendasikan agar semua anak berusia lima hingga 11 tahun mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech/Comirnaty, terutama mereka yang memiliki kondisi medis kronis.
Melihat kondisi ini, dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof Aman Bhakti Pulungan, meminta orang tua mewaspadai penularan COVID-19 saat pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. Peristiwan tersebut menjadi bukti bahwa pandemi COVID-19 masih melanda dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Dia pun menyorot pelaksanaan PTM di sekolah. Karena pembelanjaran secara normal dinilai berisiko menjadi lokasi penularan COVID-19.