Technologue.id, Jakarta - Apple dan Twitter telah bergabung dengan jajaran perusahaan teknologi lainnya untuk mengutuk penundaaan beberapa visa pekerja tamu hingga akhir tahun ini, yang diumumkan kemarin oleh Presiden AS Donald Trump.
Pembatasan baru ini menyulitkan penerima visa H-1B, yang sering digunakan oleh perusahaan teknologi untuk merekrut pekerja asing tanpa melibatkan proses imigrasi tradisional.
Baca Juga:
Karyawan Facebook Walkout Virtual Gara-gara Postingan Donald Trump
Dilansir The Verge (23/6/2020), pembatasan visa baru berlaku hanya untuk 80.000 visa secara nasional, sehingga program ini sangat kompetitif. Survei Kewarganegaraan dan Imigrasi AS (USCIS) baru-baru ini menemukan bahwa perusahaan teknologi menyumbang sekitar dua pertiga dari total visa yang diberikan berdasarkan penunjukan.
Dalam sebuah pernyataan di Twitter, CEO Apple Tim Cook menekankan manfaat yang diperoleh perusahaan dan bangsa pada umumnya dari program pekerja tamu.
Sundar Pichai, CEO Google pun menyuarakan pendapatnya mengenai bagaimana imigrasi mendorong keberhasilan ekonomi Amerika, dan menjadikannya pemimpin global dalam bidang teknologi. Ia juga merasa kecewa dengan kebijakan visa ini, dan berjanji akan terus membantu pekerja imigran dan memperluas kesempatan bagi semua.
Baca Juga:
Buntut Seteru dengan Twitter, Donald Trump Gagas Aturan Media Sosial
Twitter tidak mau kelewatan dalam aksi penolakan peraturan visa kerja populer. Jejaring sosial itu menyebut proklamasi itu "picik" dan "sangat merusak."
Selain visa H-1B, larangan visa baru berlaku untuk visa H-2B untuk pekerja musiman non-pertanian, visa J-1 untuk siswa pertukaran dan visa L-1 untuk manajer perusahaan multinasional.
Larangan yang diperpanjang juga akan berlaku untuk visa H-2B untuk pekerja musiman jangka pendek di pekerjaan non-pertanian lainnya seperti lansekap dan visa J-1 untuk pekerja jangka pendek termasuk pengasuh dan orang muda pada tahun-tahun kesenjangan dari perguruan tinggi.