Technologue.id, Jakarta - Game King Arthur yang tengah digarap oleh Ubisoft Quebec dan dipimpin oleh mantan bos Dragon Age, Mike Laidlaw, telah dibatalkan. Game itu dibatalkan karena Chief Creative Officer-nya, Serge Hascoet, tidak menyukai setting tersebut.
Game King Arthur merupakan "petualangan berbiaya besar dengan melibatkan kisah Raja Arthur dan Meja Bundarnya di dunia fantasi, yang dipenuhi dengan legenda dan ksatria." Game itu tengah digarap dengan kode Avalon.
King of Arthur menampilkan "dunia multi pemain kooperatif" yang mirip dengan game Monster Hunter. Pengembang, Jordan Mychal Lemos, mengatakan di Twitter bahwa ia mengerjakan proyek itu dua kali untuk periode waktu yang singkat. "Saya menyukai narasi permainan dan kami memiliki tim penulis yang sangat kuat sejak awal. Seluruh tim hebat dan didorong oleh semangat yang kemudian dihancurkan oleh Serge" Ujar Lemos.
"Ini adalah titik yang sangat kasar di Ubisoft Quebec dan mereka menyia-nyiakan banyak devs super berbakat dengan tidak memercayai mereka untuk melakukan pekerjaan yang harus mereka lakukan," tambahnya.
Dikutip dari laman Bloomberg, Hascoet bukanlah penggemar genre fantasi. Jika Ubisoft pindah ke fantasi, maka game itu harus "lebih baik daripada Tolkien," kata Hascoet ke developer.
Laidlaw sendiri punya tema dan setting yang berbeda untuk Avalon setelah Hascoet awalnya mengatakan tidak, termasuk pada "lebih banyak fiksi ilmiah" dan hal lain berdasarkan mitologi Yunani. Namun tak satu pun mendapat lampu hijau, Laidlaw telah meninggalkan Ubisoft sejak Januari 2020.
Laidlaw menanggapi berita tersebut lewat akun Twitter-nya, tetapi ia menolak untuk mengomentari hal itu dan malah mengarahkan orang untuk mendukung tujuan keadilan sosial.
Serge Hascoet lalu meninggalkan Ubisoft pada awal Juli bersama eksekutif lainnya Yannis Mallat dan Cecile Cornet di tengah tuduhan penyalahgunaan dan promosi toxic work culture yang ditujukan pada perusahaan dan orang-orang tertentu.