Technologue.id, Jakarta - Perusahaan teknologi komputer IBM mulai menangguhkan operasi bisnis di negara Rusia menyusul gelombang invasi yang dilancarkan beberapa bulan lalu ke Ukraina.
Menurut memo dari CEO IBM, Arvind Krishna, diketahui bahwa keputusan ini merupakan langkah lanjutan dari aksi "mogok" bisnis yang telah dilakukan sejak Maret lalu. Bukan hanya IBM, perusahaan teknologi asal Negara Barat lain turut menghentikan penjualan atau menarik diri dari Rusia sepenuhnya setelah invasi ke Ukraina.
Baca Juga:
Intel dan AMD Setop Pasokan Chip ke Rusia
Akibat penutupan operasi bisnis ini, IBM tentu akan memutuskan hubungan kerja dengan tenaga kerjanya yang berbasis di Rusia.
Dilansir dari Engadget (7/6/2022), meskipun tidak lagi berbisnis di Rusia, IBM tetap menunaikan pembayaran ke para karyawan yang berbasis di negara adidaya tersebut. Kendati tak dipungkiri, sanksi AS terhadap bank-bank Rusia telah mempersulit perusahaan untuk membayar tenaga kerjanya yang berbasis di Rusia, Reuters melaporkan bulan lalu.
"Proses ini akan dimulai hari ini dan mengakibatkan pemutusan tenaga kerja lokal kami. Rekan-rekan kami di Rusia, bukan karena kesalahan mereka sendiri, telah mengalami stres dan ketidakpastian selama berbulan-bulan. Kami menyadari bahwa berita ini sulit, dan saya ingin meyakinkan mereka bahwa IBM akan terus mendukung mereka dan mengambil semua langkah yang wajar untuk memberikan dukungan dan membuat transisi mereka seteratur mungkin," tulis Krishna dalam memo itu.
Baca Juga:
Huawei Ikut-ikutan Boikot Rusia, Cari Muka ke AS dan Barat?
Lebih lanjut, perusahaan asal Amerika Serikat itu mengatakan kepada investor bahwa berhenti melakukan bisnis dengan Rusia akan berdampak sangat kecil pada labanya.
"Rusia adalah bagian yang sangat de minimis dari IBM," kata kepala keuangan perusahaan Jim Kavanaugh selama panggilan pendapatan kuartal pertama pada bulan April. Rusia menyumbang sekitar 0,5 persen dari total pendapatan IBM tahun lalu, atau US$300 juta dari total pendapatannya sebesar $57,4 miliar.
IBM memiliki sejumlah pelanggan kelas atas di Rusia, termasuk bank federal, perusahaan energi, dan Russian Railways. Perusahaan bahkan mengadakan Think Summit di Moskow pada tahun 2019, di mana ia menyoroti banyak klien Rusianya.
Tetapi sejak Maret 2022, perusahaan telah berhenti menyediakan "barang, suku cadang, software, layanan, konsultasi, dan teknologi" kepada perusahaan Rusia, menurut Reuters.