Technologue.id, Jakarta - Pasar kripto belakangan ini ambruk ke titik terendah. Bitcoin yang paling populer sekalipun nilainya ikut terjun bebas.
Merujuk patokan Coinmarketcap, hingga Jumat (17/6/2022) siang, harga Bitcoin masih terjerembab di kisaran Rp311 jutaan. Padahal harganya di awal 2022 mencapai Rp684,6 juta. Otomatis, "merahnya" kondisi pasar ikut memengaruhi industri pertukaran kripto di Indonesia.
Teguh Kurniawan Harmanda, Chief Operating Officer (COO) Tokocrypto, mengakui saat ini pasar kripto memang tengah berada dalam sentimen negatif yang membuat volume perdagangan menurun.
Baca juga:
Tokocrypto Gandeng Fakultas Vokasi UKI Bangun Ekosistem Blockchain
"Kami merasakannya (sentimen negarif). Normalnya dalam sehari volume perdagangan bisa mencapai Rp740,8 miliar, tapi karena sentimen negatif sempat turun hanya Rp222 miliar," ungkap Kurniawan Harmanda di sela-sela penandatanganan kerja sama antara Tokocrypto (PT Aset Digital Berkat) dengan Program Studi D3 Manajemen Pajak, Fakultas Vokasi, Universitas Kristen Indonesia (FV UKI), di Ruang Rektorat UKI, Jakarta, Jumat (17/6/2022).
Beruntung dalam dua-tiga hari terakhir perdagangan mulai membaik atau recovery. “Perdagangan Tokocrypto mulai recovery dari Rp222 miliar menjadi Rp370 miliar hingga Rp444 miliar,” klaim pria yang akrab disapa Manda itu.
Elon Musk Kehilangan Rp7,4 Triliun Akibat Gonjang-ganjing Bitcoin
Melihat tren perdagangan pasar kripto di Tokocrypto, Manda berpendapat, trader tak terpengaruh dengan penurunan Bitcoin. Mereka tetap melakukan trading aset kripto.
“Sejek-jeleknya pasar kripto, setiap hari masih ada transaksi volume perdagangan Rp222 juta," pungkasnya.