Technologue.id, Jakarta - Salah satu hal negatif yang difasilitasi oleh teknologi adalah kejahatan terhadap anak. Para 'predator' menggunakan kecanggihan teknologi untuk menjerat anak masuk dalam perangkap mereka. Lewat akun media sosial mereka berpura-pura baik, kemudian merayu anak untuk dieksploitasi secara seksual. Misalnya, meminta foto seksi atau mengajak anak bertemu kemudian diperkosa atau sodomi. Maka, utamanya wajib orang tua melindungi anak mereka dari para predator seks melalui online.
Baca Juga: Mahasiswa Reynhard Dipenjara Seumur Hidup di Inggris, Netizen: Bikin Malu Indonesia
Sharon W. Cooper, dokter forensik anak di Universitas Carolina Utara sekaligus ahli eksploitasi seksual, membagi cara menyelamatkan anak dari bahaya 'predator online'. Pertama, Kiat untuk mengurangi risiko anak-anak menjadi korban umumnya berpusat di sekitar pemantauan dan mengontrol akses mereka ke internet dengan cara yang sesuai usia anak, artinya orangtua harus bertindak atau bersikap sesuai dengan usia anak, karena pemahaman seorang anak bisa sangat berbeda bila berkaitan dengan usia. Penting untuk memastikan bahwa anak-anak tahu sejak usia dini apakah informasi yang tepat untuk dibagikan kepada orang lain, bahkan orang-orang yang tampaknya menjadi teman (cara yang dibuat oleh predator saat pendekatan). Buat aturan tentang kapan boleh untuk mengirim atau posting foto, serta memberikan kontak atau identifikasi informasi untuk diri mereka sendiri atau anggota keluarga. "Saya mengimbau para orang tua untuk mengetahui bahwa mereka memiliki akses kontrol terhadap anak dan harus selalu menggunakan kontrol itu. Tetapkan aturan untuk kapan dan bagaimana anak Anda dapat berinteraksi dengan orang lain secara online," kata Cooper, seperti dikutip dari NYTimes (7/12/2019). Gagasan untuk menetapkan peraturan bukan untuk membuat anak takut pada orang asing, tetapi untuk menanamkan kemampuan untuk meneliti komunikasi dengan cara yang yang sehat dan tepat. Kedua, Habiskan waktu bersama anak Anda dengan bermain game dan menjajal aplikasi baru. Bangun rasa percaya dan ciptakan hal-hal seru dengan anak Anda. Mintalah mereka mengajari Anda tentang tempat online favorit mereka. Hal ini akan menghambat dorongan negatif dari lingkungan luar. Bisanya anak yang senang bermain internet adalah mereka yang tidak nyaman dengan situasi di rumah atau keluarga. Oleh sebab itu, jadilah orangtua yang membuat anak merasa nyaman. Jadilah pendengar dan teman yang baik bagi anak.Baca Juga: Selain Reynhard Sinaga, Ini WNI yang Juga Terjerat Kasus Predator Online
Ketiga, Edukasi anak Anda tentang keamanan online. Anda dapat mulai dengan berbicara tentang hak dan tanggung jawab pengguna secara online. Selain itu orang tua juga dapat menekankan bahwa, secara online, mereka memiliki kewajiban untuk memperlakukan orang dengan baik, dan hak untuk diperlakukan dengan baik oleh orang lain. Anda dapat bertukar pikiran dengan anak tentang berbagai situasi di mana mereka mungkin merasa tidak aman, dan strategi yang dapat mereka gunakan untuk tetap aman. Jangan mengintimidasi, agar mereka merasa nyaman berbicara hal apa pun kepada orang tua. Banyak kasus sextortion yang terjadi pada anak baru ditangani setelah terpendam berbulan-bulan karena anak-anak takut diketahui orang tua dan masyarakat. Keempat, Ajari anak cara memblokir pengguna yang membuat mereka tidak nyaman. Saat menjelajahi platform atau aplikasi dengan anak-anak Anda, cari tahu cara melaporkan dan memblokir pengguna yang membuat mereka merasa tidak aman. Sarankan mereka untuk menggunakan opsi ini jika mereka menerima kontak yang tidak diinginkan atau tidak nyaman. Jika pelaku tetap memaksa, hubungi polisi setempat. Kelima, Simpan komputer di ruang bersama di rumah, bukan di kamar tidur anak. Jauh lebih sulit bagi predator seks online untuk berkomunikasi dengan anak ketika layar komputer terlihat oleh orang tua atau anggota rumah lainnya.