Technologue.id, Jakarta - Saat ini, smartphone sudah menjadi peranti "wajib bawa" saat kita bepergian. Tidak hanya karena fungsinya sebagai alat komunikasi semata, smartphone kini seakan menjadi asisten pribadi yang dapat memenuhi kebutuhan penggunanya melalui fungsi dan fitur bawaannya. Tidak heran, saat ini hampir sebagian besar konsumen mengincar keunggulan dari setiap produk ponsel cerdas sebelum memutuskan untuk membelinya. Terlepas dari desain tampilan luar, konsumen melihat sebuah smartphone dari kualitas kamera, kapasitas memori, besaran RAM, hingga ketahanan baterai.
Mungkin sebagian dari kita pernah mengalami kehabisan daya smartphone saat berada di luar dan jauh dari colokan listrik. Bayangkan ketika kita sedang memesan transportasi daring atau melakukan panggilan darurat, namun baterai ponsel tiba-tiba ngedrop dan kita tidak membawa powerbank. Tentunya hal ini membuat kita merasa tidak nyaman dan khawatir apabila smartphone segera mati daya. Ketahanan daya baterai smartphone yang cepat habis seringkali membuat kita bertanya-tanya dan menduga ada sesuatu yang salah terjadi pada perangkat.
Seringkali pula kita beranggapan hal tersebut karena kita melakukan pengecasan baterai smartphone dalam waktu yang singkat. Mungkin juga ada pendapat lain yang mengatakan penyebabnya karena kita melakukan pengecasan dalam intensitas waktu yang cukup sering sehingga menyebabkan kerusakan jangka panjang pada baterai. Kedua anggapan tersebut sebenarnya kurang tepat.
Faktanya, sebuah laman web dari perusahaan baterai Cadex bernama Battery University (batteryuniversity.com) merinci mengenai baterai lithium-ion di smartphone yang sensitif terhadap versi 'stres' mereka sendiri. Seperti halnya manusia, stres yang berkepanjangan dapat merusak masa pakai baterai ponsel cerdas dalam jangka panjang. Jadi, kalau kamu ingin menjaga baterai smartphone tetap awet dan selalu dalam kondisi prima maka perlu mengetahui beberapa hal terkait umur baterai.
Sebaiknya kamu tidak membiarkan pengecasan ketika baterai sudah terisi penuh. Tindakan tanpa sengaja membiarkan colokan charger melekat pada smartphone seperti yang dilakukan saat tertidur di malam hari, mungkin bisa berdampak buruk bagi baterai dalam jangka panjang. Banyak orang beranggapan, mengisi baterai sebaiknya dilakukan ketika akan tidur dan dibiarkan terisi penuh 100% saat pagi hari. Padahal cara ini tidak tepat, karena saat baterai smartphone terisi penuh maka perangkat sesungguhnya mendapat daya untuk menjaganya tetap 100% dalam posisi charger tetap tercolok. Hal ini justru membuat baterai dalam keadaan stres tinggi dan tegangan tinggi, yang berpotensi mengikis bahan kimia di dalamnya sehingga mengakibatkan baterai akan cepat rusak atau bocor. Bahkan terdapat kasus dimana perangkat memungkinkan untuk menimbulkan percikan api kemudian terbakar. Biasanya kasus ini terjadi karena konsumen tidak menggunakan adapter charger orisinil.
Guna mengantisipasi pengisian daya baterai smartphone secara berlebihan, OPPO menghadirkan fitur terbaru pada Reno4 F berupa AI Night Charging. Fitur ini akan berhenti menarik arus dari pengisi daya baterai OPPO Reno4 F setelah kapasitas mencapai 100%. Fitur ini dikembangkan dengan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang memiliki kemampuan mempelajari kebiasaan pengguna saat melakukan pengisian daya ponsel menjelang tidur. AI Night Charging akan membatasi waktu pengisian saat daya baterai telah mencapai 100%.
Tips lainnya, sebaiknya kamu melakukan pengecasan baterai sesegera mungkin ketika daya baterai menipis. Kamu tidak perlu menunggu melakukan pengisian ulang daya hingga smartphone mati total atau kapasitas baterai mencapai 0%. Pengisian baterai dalam kondisi kosong akan memakan waktu lebih lama dibanding saat daya masih tersisa kurang dari setengah. Idealnya, ketika indikator baterai smartphone menunjukkan level sekitar 35% atau 40%, maka segera lakukan pengisian daya. Hal ini sebenarnya berlaku tidak hanya untuk smartphone OPPO dan dapat diaplikasikan ke hampir semua peranti Android lain agar kapasitas baterai tetap terjaga.