Technologue.id, Jakarta - Indonesia akan menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) pada 2024. Media sosial diharapkan bisa membantu terciptanya pemilu damai dan mencegah penyebaran informasi palsu atau hoaks.
Terkait antisipasi maupun pencegahan penyebaran hoaks, Tiktok menyebut bahwa pihaknya memiliki puluhan ribu moderator yang tersebar di seluruh dunia.
Baca Juga:
TikTok Bahas Algoritma hingga Tegaskan Komitmen Menjaga Keamanan Platform
"Kita punya 40 ribu moderator di dunia, 8 persen di antaranya itu berbahasa Indonesia. Enggak semuanya domisili di Indonesia, tapi mereka dengan suku dan latar belakang yang berbeda-beda," kata Anggini Setiawan, Head of Communications, TikTok Indonesia.
Tim moderasi di TikTok dibantu oleh mesin, di mana keduanya (mesin dan manusia) sama-sama bekerja demi menjaga konten sesuai dengan pedoman atau aturan di TikTok.
"Untuk moderasi kita kombinasi antara mesin sama manusia. Enggak bisa dikasih persentase kasar seperti itu (berapa persen mesin dan manusia), hampir semuanya, jadi intinya pasti semua di-screening juga lewat mesin. Mana yang memang harus dimoderasi oleh manusia, kemudian dimoderasi oleh manusia," jelasnya.
Ia tidak menjelaskan seberapa besar pertumbuhan pekerja yang memoderasi konten TikTok, namun memastikan bahwa perusahaan selalu melihat peluang atau urgensi jika dibutuhkan penambahan.
"Aku enggak tahu data spesifiknya, tapi biasanya akan selalu ada penambahan, contohnya dengan apa yang baru-baru terjadi di tengah konflik, seperti konflik antara Israel dan Palestina, kita menambah moderator berbahasa Arab, jadi bisa kontekstual juga," terangnya.
Anggini menjelaskan terkait unggahan konten yang dilakukan pengguna. Setiap konten yang di-upload, konten tersebut harus melewati beberapa proses.
“Jadi, saat pengguna mengunggah sebuah konten, konten tersebut tidak langsung terunggah. Konten akan melewati beberapa proses moderasi terlebih dahulu, dimulai dari analisis konten secara otomatis. Jika sudah melewati tahapan ini dan tidak terindikasi adanya pelanggaran, maka konten tersebut bisa langsung tayang. Sedangkan jika terkena flagging, nanti akan diteruskan ke moderasi manusia untuk ditinjau ulang. Jika lolos, maka konten akan terunggah. Dan sebaliknya, jika tidak sesuai dengan Panduan Komunitas kami, maka konten tidak akan ditayangkan,” jelas Anggini.
Baca Juga:
Sam Altman Jadi CEO OpenAI Lagi, Alasan Pemecatannya Masih Diinvestigasi
Sedangkan dari sisi pengguna, Anggini juga menjelaskan bahwa pengguna memiliki kendali besar terhadap algoritma TikTok agar konten yang muncul di laman For You sesuai dengan preferensi mereka. Konten yang dihadirkan dalam setiap akun akan berbeda tergantung preferensi unik dari tiap-tiap pengguna.
“Dari awal membuat akun, pengguna sudah diminta untuk memilih kategori apa saja yang mereka sukai, sehingga nantinya konten yang disediakan oleh TikTok relevan dengan minat mereka,” paparnya.