Technologue.id, Jakarta - Menjelang Tokyo Game Show (TGS) 2024 yang berakhir pada Minggu, industri game diramaikan dengan pertanyaan tentang masa depan AI generatif. Seperti diketahui, pengembang semakin mengintegrasikan AI ke dalam pembuatan game.
AI dimanfaatkan untuk pembuatan konten prosedural, meningkatkan perilaku NPC, dan mengotomatiskan proses backend seperti jaminan kualitas dan pengoptimalan server, dikutip dari Japantoday.
Beberapa pengembang bersemangat tentang potensinya untuk mendorong batasan desain game, yang lain menyuarakan kekhawatiran tentang terkikisnya kreativitas dan sentuhan manusia.
Baca Juga:
Ini Alasan Game Assassin's Creed Shadows Ditunda hingga 2025
Terlepas dari kritik ini, banyak orang di industri ini yang merangkul AI. Selama Investor Day EA baru-baru ini, CEO Andrew Wilson menggambarkan AI sebagai "inti dari bisnis kami," mencatat bahwa EA saat ini menjalankan lebih dari seratus proyek AI aktif.
Pada Tokyo Game Show tahun ini, "AI Technology Pavilion" menawarkan sekilas masa depan, dengan perusahaan memamerkan alat yang dirancang untuk merampingkan pengembangan, mengurangi biaya, dan meminimalkan ketergantungan pada tim besar.
Kiyomichi Arai, manajer senior di Equinix, menyatakan optimisme tentang kemampuan AI untuk mempercepat pengembangan game. "AI dapat meningkatkan efisiensi hingga 100 kali lipat," katanya, seraya menambahkan bahwa AI juga dapat meningkatkan strategi pemasaran dan dukungan pelanggan.
Namun, Arai memperingatkan bahwa AI menimbulkan risiko, terutama dalam hal keakuratan output-nya. Sekadar informasi, Equinix, perusahaan infrastruktur global memainkan peran penting dalam mengoptimalkan pusat data dan layanan cloud untuk pengembangan game dan AI.