Technologue.id, Jakarta - Ancaman kebocoran data dalam konteks keamanan digital (digital security) di Indonesia kembali menjadi perhatian masyarakat. Apalagi dalam beberapa waktu terakhir ini dugaan kebocoran data digital terjadi pada beberapa perusahaan maupun lembaga pemerintahan di tanah air.
Menurut laporan lembaga Check Point, Software Technologies Inc., Indonesia saat ini menjadi negara ketiga yang paling ditarget dalam ancaman digital security setelah Amerika Serikat dan India. Industri finansial atau keuangan menjadi sektor yang paling rentan terhadap ancaman digital security.
Baca Juga:
Telkomsel Gandeng Lookout Perkuat Keamanan Siber Korporasi
Agus F Abdillah, Chief Customer Officer Telkomtelstra menjelaskan bahwa dalam dunia digital, keamanan menjadi isu yang sangat penting. Terlebih di tengah pandemi yang telah berlangsung selama lebih dari setahun ini, sehingga membuat adopsi teknologi digital sangat cepat berkembang terutama yang terkait dengan bagaimana manusia berinteraksi antara satu dengan lain.
"Bagaimana perusahaan bisa menjamin keamanan data dari pelanggan supaya tidak terjadi kebocoran data menjadi hal yang sangat penting karena memang di dunia digital, security menjadi isu yang sangat penting. Apalagi bagi perusahaan yang melakukan transformasi digital dimana hal penting dalam dunia digital adalah selain network dan aplikasi serta tentu saja security," jelas Agusfa.
Dia menambahkan, bahwa sebagai penyedia layanan cloud di Indonesia, Telkomtelstra yang merupakan perusahaan joint venture antara PT Telkom Indonesia dengan Telstra Australia menghadirkan satu layanan cloud lokal yang berlokasi di Indonesia dan dapat memenuhi semua aspek kebutuhan perusahaan baik itu reability, scability, maupun availability dan tentu saja aspek security dengan baik.
Sementara itu, Hanny Winarti, Partnership Account Manager Qiscus mengungkapkan pentingnya upaya untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang baik dan aman dalam situasi pandemi ini. Karena pengalaman pelanggan nyatanya dapat meningkatkan pendapatan dan daya saing bagi perusahaan.
“Komunikasi adalah harapan baru bagi pengalaman pelanggan, untuk itu Qiscus hadir untuk memberikan harapan tersebut dengan terintegrasi dan aman. Berdasarkan data datareportal.com tahun 2020, teknologi seluler adalah raja, dimana 51,1% lalu lintas ke situs web berasal dari ponsel dan ada 171 juta pengguna internet seluler," jelas Hanny.
Baca Juga:
Dukung Keamanan Remote Working, Palo Alto Networks Luncurkan Prisma Access 2.0
Menurutnya, saat ini konsumen ingin mengakses bisnis di mana pun dan kapan pun, langsung dari ponsel mereka. Karena konektivitas yang konstan telah menjadi gaya hidup, sehingga konsumen mengelola setiap aspek komunikasi sehari-hari dari perangkat seluler yang mereka pakai.
“Qiscus adalah platform percakapan yang membantu bisnis merangkul harapan baru akan pengalaman pelanggan yang luar biasa, melalui kemampuan untuk terlibat dalam percakapan tepat waktu dalam skala besar,” kata dia.
Hanny menjelaskan mekanisme penggunaan Qiscus dimana saat konsumen chat, maka akan masuk ke beberapa channel platform layanan pesan seperti Whatsapp, Mesengger, Line dan lain-lain. Jika memang ada kebutuhan menginteraksikan dengan chatbot maka pesan dari konsumen tersebut akan dihandle oleh chatbot terlebih dahulu yang ada di multichannel chat.
“Namun jika chatbot-nya sudah mendapatkan pertanyaan yang lebih kompleks maka juga bisa diteruskan ke life agent,” jelasnya.