SHARE:
Technologue.id, Jakarta – Sepertinya, akhir drama Amerika Serikat dan ZTE sudah tiba. Seperti yang telah redaksi laporkan sebelumnya, United States House Committee on Appropriations memang telah menolak pembelaan Donald Trump, presiden AS, atas ZTE. Namun, perusahaan asal China itu pada akhirnya tetap bisa membeli komponen dari perusahaan AS.
Baca juga:
Presiden Trump Siap Bantu ZTE Kembali ke AS
WSJ.com (22/05/2018) memberitakan kalau pemberian amnesti ini tidaklah cuma-cuma. ZTE diminta untuk melakukan perombakan besar dalam tubuh manajemennya dan membayar denda lebih besar. Ada peran pemerintah Tiongkok juga di sini, yakni dengan menghapus ongkos impor produk pertanian dari AS serta berjanji untuk membeli lebih banyak produk agrikultur dari Negeri Paman Sam.Baca juga:
Donald Trump Tak Bisa Bantu Banyak, ZTE Tetap Diembargo
Sebelumnya, ZTE didenda US$892 juta (Rp12,5 triliunan) dengan tambahan US$300 juta (Rp4,2 triliunan) jika melanggar kesepakatan, karena mengimpor smartphone dengan chipset Qualcomm selama bertahun-tahun ke Iran dan Korea Utara. Ada 35 orang pegawai ZTE yang terlibat dalam perdagangan ilegal ini yang diklaim ZTE telah diberi sanksi, tetapi menurut AS masih belum diimplementasikan.Baca juga:
Ini Pernyataan Resmi ZTE Terkait Embargo dari Amerika Serikat
ZTE adalah brand smartphone terbesar nomor empat di AS. Dengan presensi sebesar itu, praktis ZTE pun punya ketergantungan yang tinggi di negara tersebut. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, menyatakan tak berniat membuat ZTE bangkrut. Oleh sebab itu, kesepakatan terbaru ini pun diambil keduanya, walau ZTE sebelumnya telah dijatuhi hukuman embargo selama tujuh tahun. Semisal embargo itu jadi dijalankan, maka ZTE terancam tak bisa memakai chipset Qualcomm dan OS Android dari Google lagi.