Technologue.id, Jakarta - Perusahaan attribution AppsFlyer menyebutkan selama tahun 2020 lebih dari separuh aplikasi yang diunduh (53%) langsung di-uninstall dalam kurun waktu 30 hari pertama sejak pengunduhan.
Data tersebut terangkum dalam Laporan The Uninstall Threat: 2020 app uninstall benchmarks yang menganalisis data 8 miliar penginstalan aplikasi selama periode Januari - November 2020, dengan cakupan 3.000 aplikasi yang memiliki sedikitnya 2.000 penginstalan non-organik dalam sebulan di wilayah Eropa, Amerika Latin, dan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam.
Indonesia sendiri merupakan negara yang tergolong tinggi dalam tingkat uninstall dengan rerata 59% aplikasi di-uninstall dalam kurun waktu 30 hari setelah pengunduhannya pada Oktober 2020.
Baca Juga:
HideX, Aplikasi Sembunyikan File Rahasia Berkedok Kalkulator
Kategori aplikasi non gim yang memiliki tingkat uninstall paling signifikan adalah aplikasi kategori Social (64,4%) dan Finance (59,6%) untuk install organik.
Hal tersebut sejalan dengan tren uninstall yang relatif lebih tinggi di pasar berkembang lainnya seperti Brazil dan India yang mencapai 56% atau lebih tinggi 33% dari pasar negara maju seperti AS, Inggris, Jepang, Korea, Prancis dan Jerman.
Menurut Laporan Riding the Digital Wave rilisan Facebook & Bain Company, ada sekitar 310 juta pengguna digital pada akhir 2020 dengan proyeksi tingkat belanja online yang tumbuh 320% pada periode 2019-2025 atau lebih cepat dari pertumbuhan populasi di kawasan. Dengan begitu, ruang digital yang kompetitif akan menjadi semakin tangguh sehingga para marketer dituntut untuk berjuang dalam mempertahankan pelanggan mereka serta menghadapi tren peningkatan uninstall aplikasi.
Pandemi global telah menyebabkan kenaikan tingkat aplikasi yang sudah tinggi sebesar 10% dan kurang lebih 1 dari setiap 2 aplikasi di-uninstall dalam waktu 30 hari setelah diunduh. Catatan menarik lainnya adalah tingkat uninstall di perangkat Android ternyata dua kali lebih besar dari perangkat iOS.
Kesenjangan terbesar di antara platform terlihat di Indonesia, dengan perbandingan tingkat uninstall sebesar 64% untuk perangkat Android sementara perangkat iOS hanya 25%. Hal ini disebabkan oleh kapasitas rerata ruang penyimpanan yang lebih kecil dari perangkat Android, yang banyak dimiliki oleh sebagian besar masyarakat yang hanya membutuhkan fitur mendasar dari telepon pintar mereka. Berdasarkan Indonesia’s App Marketing Report 2020 perangkat Android menguasai 90,05% dari pangsa pasar telepon pintar di Indonesia.
Baca Juga:
8 Aplikasi Milenial Jika Menjadi Benda Di Era 80-an
Di Indonesia, tingkat uninstall kategori Gaming kasual tercatat sebesar 53,6% untuk sumber install organik, relatif lebih rendah dibandingkan tingkat uninstall di beberapa negara seperti Brazil (68,1%), Turki (63,3%), Vietnam (63,1%) dan Thailand (60,4%). Tingginya tingkat uninstall pada aplikasi tetap saja merupakan hal yang ingin dihindari oleh para marketer.
Oleh sebab itu, President dan Managing Director, AppsFlyer APAC, Ronen Mense mengatakan bahwa para marketer harus mencari cara untuk tetap mempertahankan pengguna mereka.
"Marketer aplikasi harus mengukur tingkat uninstall mereka dan memahami kapan, kenapa dan dari sumber mana uninstaller berasal. Oleh karena itu, marketer bisa mencegah uninstall dengan menggunakan semua kanal, mendorong retargeting untuk menjaga aplikasi mereka menjadi perhatian utama para penggunanya," kata Mense.