Technologue.id, Jakarta - Indonesia sedang menjadi lapak bagi pelaku bisnis financial technology alias fintech karena penetrasi pengguna layanan perbankan yang belum optimal. Hal ini kemudian dianggap masalah menarik yang sangat perlu diselesaikan oleh tim Omotesando. Omotesando merupakan nama tim yang mewakili Indonesia dengan anggota Febe Rahelea Epafras dan Vida Manuela Cornelius. Wakil Indonesia ini hanya kalah dari tim Malaysia yang menjadi juara pertama dari sepuluh tim mahasiswa di babak final yang berasal dari sepuluh negara perwakilan negara anggota ASEAN.
Baca juga : ASUS Gelar Kompetisi CS:GO dan DOTA 2 Termegah di Indonesia
Febe menjelaskan dirinya mengusulkan untuk mengoptimalkan layanan "branchless bank" dalam meningkatkan kemampuan ekonomi masyakat karena mampu memiliki cakupan luas hingga ke pelosok daerah. Omotesando berharap hasil penelitian singkatnya akan mampu mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat. "Masih banyak kan orang Indonesia yang menyimpan uang di bawah kasur, di dalam lemari dan tempat lainnya di rumah. Selain berbahaya, menyimpan uang bukan di bank itu membuat perencanaan keuangan lebih sulit," jelas Febe di ASEAN Secretariat Event, Jakarta.Baca juga : 3 Game yang Akan Dipertandingkan di Kompetisi eSports Tingkat Nasional
Hingga pertengahan tahun 2017, berbagai hasil riset menyebut baru sekitar 30% masyarakat dari total populasi di Indonesia yang telah memiliki akun perbankan. Belum optimalnya penetrasi penggunaan layanan perbankan oleh masyarakat merangsang tumbuh suburnya layanan finansial berbasis teknologi di Indonesia. Febe dan Vida mengaku belum memiliki rencana lanjutan dari hasil penelitian singkatnya ini. Meski begitu, kedua mahasiswi Universitas Indonesia tersebut mengaku membuka diri apabila ada pihak lain yang mengajak mereka melakukan penelitian lanjutan terkait isu pemanfaatan branchless bank untuk peningkatan ekonomi masyarakat.Baca juga : Perkawinan ASEAN Foundation-SAP Lahirkan Pemuda Ilmuwan Data
Kompetisi bernama Data Science Explorer ini berhasil menjaring 804 peserta dari 112 institusi yang berasal dari 10 negara anggota ASEAN. Program insiatif ini sendiri digelar ASEAN Foundation dan SAP dengan menggunakan "SAP Business Objects Cloud" bagi para peserta supaya bisa mengambil topik bahasan berbasis data. Kompetisi Data Science Explorer akan berlanjut ke Singapura di 2018 mendatang. ASEAN Foundation turut menggandeng IMDA, sebuah lembaga yang ada di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika Singapura, untuk penyelengaraan kompetisi tersebut.