Technologue.id, Jakarta - Program Startup Studio Indonesia (SSI) yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kini telah mencapai batch-7, yang menghadirkan berbagai startup asal Tanah Air dengan sasaran atau misi yang berbeda-beda.
Salah satu alumni SSI batch-1, Rekosistem menceritakan pencapaiannya kini yang telah berkolaborasi dengan salah satu BUMN, Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sekadar informasi, Rekosistem bergerak di bidang Waste Management Renewable Energy.
Baca Juga:
Manfaatkan Teknologi AI, Indonesia Mesti Gunakan Potensi Big Data Nasional
Dalam sebuah diskusi secara online pada Jumat (24/11/2023) yang menghadirkan alumni SSI, CEO Rekosistem, Ernest Layman mengatakan kemitraan dengan PLN salah satunya membawa hal positif, memotivasi startup untuk step-up dengan korporasi yang punya compliance yang lebih baik.
Ernest mengatakan, diskusi yang terjadi antara startup dengan BUMN tidak hanya sebatas formalitas. "Dari PLN dan PT Energy Management Indonesia (EMI) sangat terbuka akan inovasi yang bisa ditawarkan oleh startup," kata CEO Rekosistem, Ernest Layman.
Dengan berkolaborasi dengan BUMN, startup harus juga memiliki standar minimum, seperti membentuk PT, perizinan harus lengkap hingga modal yang cukup untuk beroperasi maupun melancarkan eksekusi.
Pemanfaatan limbah atau sampah sendiri dinilai penting karena berkontribusi bagi kelestarian lingkungan dan teknologi maupun ilmu pengetahuan membantu pemerintah dalam memecahkan masalah, khususnya terkait sampah.
Bahkan, bukan tidak mungkin sampah yang secara penilaian orang adalah materi tak terpakai atau tidak memiliki value apapun, ternyata bisa diberdayakan untuk menghasilkan listrik. "Ada peluang dimanfaatkan (sampah) dengan pembangkit listrik, tanpa harus melakukan instalasi capital expense yang besar," jelasnya
Lebih lanjut ia mengungkapkan, perusahaan tinggal memanfaatkan fasilitas yang telah ada, hanya tinggal inputnya saja yang diubah melalui pemanfaatan sampah tersebut. "Ini sejalan dengan kebutuhan PLN dan EMI," tambahnya.
Sementara itu, VP Inovasi Teknologi dan Inkubasi Bisnis Korporat PT. PLN, Tri Hardimasyar menjelaskan bahwa pihaknya terbuka terhadap peluang kolaborasi dengan organisasi lain demi mendorong tujuan perusahaan.
"Kami di PLN punya rencana jangka panjang, visi kami menjadi perusahaan energi terkemuka di Asean, dan menjadi solusi untuk pelanggan," kata Tri Hardimasyar.
Ia melanjutkan, termasuk inisiatif, bagaimana menjawab tantangan lingkungan. "Di sinilah kami ketemu dengan ekosistem startup yang bergerak di bidang waste management," ujarnya.
Ia menerangkan bahwa sampah bisa dikelola, dipilah dan didaur ulang (recycle). Dengan memanfaatkan teknologi, PLN dapat mentransformasi sampah yang terpilih untuk kebutuhan pembangkit listrik.
"Dengan kolaborasi ini kami sebenarnya pnya co-firing biomassa. Seiring transisi energi, pemerintah bagaimana mereduksi karbon, nah dengan itu, ini gayung bersambut dengan mas Ernest dan timnya," terangnya.
Sekedar informasi, dalam mengurangi emisi karbon di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batubara yang beroperasi, PLN menggalakkan co-firing, yang telah diuji coba sejak 2020.
Baca Juga:
Apple Bakal Hilangkan Fitur Utama pada Seri iPhone 16
Co-firing sendiri ialah teknik substitusi PLTU batubara dengan bahan biomassa pada rasio tertentu. Metode ini umumnya dilakukan dengan membakar secara bersamaan kedua bahan itu.
Sumber biomassa bisa bermacam-macam mulai dari serbuk gergaji, cangkang kelapa sawit, hingga sampah.