Technologue.id, Jakarta - Kota Shanghai, China, berusaha mati-matian menahan kebangkitan terburuk COVID-19 di negara itu dalam dua tahun terakhir. Namun anehnya masih ada infeksi baru yang muncul di wilayah "terkunci".
Wu Huanyu, Wakil Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kota Shanghai, menjelaskan alasan mengapa COVID-19 masih ditemukan di kota industri tersebut pada konferensi pers, baru-baru ini.
Pertama, dibutuhkan waktu tertentu untuk mendapatkan hasil tes asam nukleat untuk setiap penduduk di suatu komunitas dan menyaring yang terinfeksi, yang kemudian akan dikirim ke fasilitas karantina. Penyelidikan epidemiologi juga akan dilakukan pada mereka yang dites positif untuk menemukan lebih banyak potensi infeksi.
Baca juga:
COVID-19 Saja Bikin Susah Dunia, Kini Peneliti Temukan Ribuan Virus Baru di Lautan
Kedua, telah terjadi penularan virus di antara anggota keluarga. Penyebab gelombang terbaru Shanghai adalah sub-varian Omicron BA.2, yang menyebar cepat dan lebih sulit dilacak, dengan masa inkubasi sekitar tiga hingga lima hari. Penularan intra-keluarga saat ini menjadi jalur utama penyebaran virus di Shanghai.
Secara umum, ketika satu orang yang terinfeksi ditemukan dalam sebuah keluarga, anggota keluarga lainnya mungkin sudah terinfeksi tetapi masih dalam masa inkubasi. Mereka baru akan terdeteksi pada tes berikutnya.
Ketiga, meskipun penduduk berada di bawah "manajemen statis" dan sebagian besar tinggal di rumah, ada sejumlah besar barang yang masih beredar di kota. Jika ada barang yang terkontaminasi virus, mereka juga dapat menyebabkan infeksi.
Shanghai mencatat 2.573 kasus baru yang dikonfirmasi dan 25.146 kasus tanpa gejala pada hari Rabu. "Di antara semua kasus yang dikonfirmasi dalam gelombang Omicron terbaru di kota itu, sebagian besar ringan, dan sebagian kecil sedang dan parah," kata Wu Qianyu, inspektur senior Komisi Kesehatan Kota Shanghai.
"Saat ini ada sembilan kasus parah, semuanya dirawat di institusi medis yang ditunjuk," pungkasnya dikutip CGTN.