Technologue.id, Jakarta - Teknologi kecerdasan buatan atau AI yang canggih saat ini tidak terlepas dari "proses pembelajaran" pada komputer. Developer bisa memanfaatkan data yang besar untuk kemudian melatih AI yang mereka kembangkan.
Dalam perjalanan untuk menyempurnakan kemampuan AI, komputer yang mempelajari data yang besar ini bisa saja bersinggungan dengan data pribadi atau informasi pribadi milik seseorang atau perusahaan.
Baca Juga:
Cara Mudah Deactive Akun Threads
Alhasil, perusahaan pengembang AI seperti OpenAI dan baru-baru ini Google terkena gugatan hukum atas data yang digunakan untuk melatih AI.
Khusus Google, perusahaan terkena gugatan yang ditujukan pada penggunaan data yang tersedia untuk umum di internet untuk melatih berbagai model AI-nya, yang digunakan untuk menyediakan alat seperti Bard.
DeepMind, perusahaan independen yang diakuisisi bertahun-tahun lalu dan terintegrasi dengan tim Google Brain pada April juga merupakan bagian dari gugatan tersebut.
Disebutkan bahwa Google "diam-diam telah mencuri semua yang pernah dibuat dan dibagikan di internet" untuk digunakan sebagai data pelatihan.
Kabar raksasa internet ini terkena gugatan muncul beberapa hari setelah OpenAI terjerat gugatan yang melibatkan modelnya sendiri yakni GPT-3.5 dan GPT-4 yang menjadi dasar nama ChatGPT.
Penulis termasuk komedian Sarah Silverman menuduh OpenAI melanggar hak cipta buku mereka dengan memasukkannya ke dalam data pelatihan tanpa izin.
Fenomena chatbots yang populer saat ini menimbulkan reaksi oleh sebagian kalangan terkait hak cipta dan bagaimana kreator bisa terlibat di dalamnya, setidaknya ada kompensasi untuk proses pelatihan AI.
Masalah muncul karena kumpulan data yang digunakan untuk melatih berbagai model AI bisa mencakup semuanya, mulai dari konten yang diambil dari blog hingga jurnal ilmiah, perpustakaan buku terbitan, platform media sosial, dan banyak lagi.
Baca Juga:
Harga Baru Samsung Galaxy A04s Versi 128GB
Tindakan hukum datang dari Clarkson Law Firm, dan salah satu pengacara dalam kasus ini, Tim Giordano menjelaskan alasannya dalam sebuah pernyataan kepada CNN. "Google perlu memahami bahwa 'tersedia untuk umum' tidak pernah berarti bebas digunakan untuk tujuan apa pun," katanya.
"Informasi pribadi dan data kami adalah milik kami, dan itu berharga, dan tidak ada yang berhak mengambilnya dan menggunakannya untuk tujuan apa pun," pungkasnya.