Technologue.id, Jakarta - Serangan siber terhadap institusi keuangan terus meningkat. Motifnya tentu tak jauh-jauh dari mengeruk keuntungan.
Faktanya, data dari Kaspersky's Tim Riset dan Analisis Global (GReAT) mengungkapkan bahwa bank dan lembaga keuangan merupakan sektor kedua dan ketiga yang paling ditargetkan tahun lalu, secara global.
Salah satu kampanye yang menargetkan bank di Asia Tenggara adalah malware JsOutProx. Meskipun malware ini saat ini bukanlah jenis yang sangat canggih, para ahli Kaspersky mencatat upayanya yang terus menerus untuk menyusup ke bank di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Pelaku Kejahatan Siber Memanfaatkan Tema Vaksin
Para pelaku kejahatan siber di balik modul malware ini, mengeksploitasi nama file yang yang terkait bisnis-bank dan menggunakan file skrip yang sangat kabur, sebuah taktik anti-evasion atau anti-penghindaran. Teknik rekayasa sosial ini khususnya memangsa pegawai bank untuk masuk ke dalam jaringan lembaga.
Setelah masuk, Seongsu Park, Peneliti Keamanan Senior, (GReAT) di Kaspersky membagikan bahwa "JSOutProx dapat memuat lebih banyak plugin untuk melakukan tindakan berbahaya terhadap korbannya termasuk akses jarak jauh, eksfiltrasi data, pengambilalihan server perintah dan kontrol (C2), dan banyak lagi."
Target menguntungkan lainnya bagi pelaku kejahatan siber adalah bisnis mata uang kripto yang muncul di Asia Tenggara. Seiring meningkatnya nilai mata uang kripto, banyak kelompok aktor ancaman sekarang melancarkan serangan online terhadap sektor ini.
Seorang peneliti Kaspersky baru-baru ini mengidentifikasi bahwa salah satu pertukaran mata uang kripto di wilayah tersebut telah disusupi. Hasil penyelidikan forensik menyeluruh, dipastikan bahwa kelompok Lazarus berada di balik serangan yang terdeteksi di Singapura ini.
Ancaman terkait mata uang kripto lainnya adalah kampanye SnatchCrypto, yang dilakukan oleh BlueNoroff APT. Grup ini merupakan subkelompok Lazarus yang khusus menyerang bank. Itu juga diduga terkait dengan Pencurian Bank Bangladesh senilai US$ 81 juta.
Kaspersky telah melacak SnatchCrypto ini sejak akhir 2019 dan menemukan aktor di balik kampanye ini telah melanjutkan operasinya dengan strategi serupa.
Baca Juga:
Kaspersky Catat Perubahan Target Kejahatan Siber, Ini Solusinya
Terkait faktor di balik meningkatnya ancaman terhadap sektor ini, Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky berkomentar, "Cryptocurrency atau mata uang kripto terus dirangkul di kawasan Asia Tenggara, oleh karena itu menjadi perkembangan alami bagi pelaku kejahatan siber untuk mengincar dan menargetkan aksi mereka di sini. Pertumbuhannya merupakan bagian tak terpisahkan dari transformasi digital di kawasan ini dan sejalan dengan peningkatan adopsi e-commerce dan pembayaran digital."
"Seiring kita terus memindahkan uang kita ke dunia online, kami juga menyaksikan pelanggaran data besar-besaran dan serangan ransomware tahun lalu yang seharusnya menjadi peringatan bagi lembaga keuangan dan penyedia layanan pembayaran. Sangat penting bagi perbankan dan penyedia layanan keuangan untuk menyadari, sedini mungkin, nilai pertahanan proaktif berbasis intelijen untuk menangkis serangan siber yang sangat merugikan ini," tambah Yeo.