Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Segini Harga Identitas Digital yang Dijual di Dark Web
SHARE:

Technologue.id, Jakarta – Kasus pencurian data dan identitas di dunia maya kian meresahkan. Setelah dibobol, data pribadi kita akan diperdagangkan melalui dark web atau darknet kepada para pelaku kejahatan siber. Penjual dapat menjual kehidupan digital seseorang yang lengkap dengan harga kurang dari US$50 atau Rp700 ribu. Bila informasinya tidak lengkap, maka harga satu akun yang diretas bernilai lebih rendah, dengan sebagian besar harga penjualan berkisar di US$1 atau sekitar Rp14 ribuan per akun. Bahkan pelaku juga menawarkan diskon untuk pembelian dengan jumlah banyak. Nilai data pribadi ini terungkap oleh penelitian terbaru dari Kaspersky Lab.

Baca juga:

Siapa Pencuri 30 Juta Data User Facebook? Ini Hasil Temuan Mereka

Menariknya adalah, bahkan beberapa pelaku penjual data memberikan garansi seumur hidup kepada pembelinya. Jika satu akun berhenti berfungsi, pembeli akan menerima akun baru secara gratis Identitas digital yang dijual termasuk data dari akun media social yang dicuri, rincian perbankan, akses jarak jauh ke server atau desktop, dan bahkan data dari layanan populer seperti Uber, Netflix, dan Spotify, serta situs web game, aplikasi kencan, dan situs web porno yang mungkin menyimpan informasi kartu kredit.

Baca juga:

Serangan Ransomware SamSam Minta Tebusan Rp148 Miliar

Data-data itu mudah dicuri karena lemahnya kesadaran pengguna terhadap keamanan akunnya. Mungkin harga jualnya tidak seberapa, namun sebetulnya dapat dimanfaatkan dengan banyak cara untuk kejahatan dunia maya. Hal ini dapat menyebabkan masalah besar bagi pengguna, karena berakibat kehilangan uang dan reputasi, atau dikejar pembayaran utang yang timbul atas nama individu padahal dilakukan oleh orang lain, atau bahkan dicurigai melakukan kejahatan yang tidak dilakukan karena identitasnya dicuri sebagai kedok. “Sangat jelas bahwa peretasan data adalah ancaman besar bagi kita semua. Ini berlaku baik untuk individu dan masyarakat, karena data yang dicuri ini dapat mendanai banyak kejahatan sosial," tutur David Jacoby, Peneliti Keamanan Senior di Kaspersky Lab.

Baca juga:

Pernah Diretas, Situs untuk Selingkuh Masih Ramai Pengguna

Cara yang paling umum untuk mencuri data semacam ini adalah melalui kampanye phising spear atau dengan mengeksploitasi kerentanan keamanan dalam perangkat lunak aplikasi. Setelah serangan berlangsung sukses, pelaku akan mendapatkan kumpulan data berisi kombinasi email dan kata sandi untuk layanan yang diretas. Dengan banyaknya orang memasang kata sandi yang sama untuk beberapa akun, pelaku juga sangat mungkin untuk menggunakan informasi tersebut dalam upaya mengakses akun di platform lainnya.

SHARE:

Sejarah dan Perkembangan AI Selama Seratus Tahun

VCS Kantongi Izin Gelar Jaringan Fiber Optik Sepanjang 4.200 KM