Technologue.id, Jakarta - Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) tahun ini tidak diwarnai dengan peringatan secara fisik, seperti upacara, terkait keterbatasan karena pandemi COVID-19. Jika dahulu, pada 20 Mei 1908, para pemuda mendirikan Boedi Oetomo sebagai simbol kebangkitan generasi muda melawan penjajahan Belanda, lalu bagaimana saat ini? Penjajah bukan lagi musuh kita, melainkan virus yang tak kasat mata.
Dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional, tim produksi film KADET 1947 melaksanakan survei online terbatas kepada 505 anak muda berusia 16 - 35 tahun dari wilayah DKI Jakarta, Banten, Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Bersama Jakpat.net sebagai penyelenggara, survei ini diadakan pada 15 - 17 Mei 2020 guna mengetahui pandangan anak muda terhadap pandemi dan peranan mereka dalam membantu mengatasi krisis global ini.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa ternyata mayoritas responden, sekitar 85% atau setara dengan 433 anak muda menyatakan optimis bahwa pandemi di Indonesia akan berakhir di bulan Juni nanti. Di balik optimisme tersebut, bagaimana kondisi fisik dan emosional mereka sebenarnya, serta bagaimana para generasi muda berperan di tengah pandemi ini?
Dari aspek kondisi fisik, 67.52% anak muda berada dalam kondisi 'baik' dan 26.14% lainnya 'sangat baik'. Namun demikian, secara emosional, 59.01% generasi muda merasa waspada dan 18.61% lainnya merasa cemas pada bulan Maret lalu yang merupakan bulan pertama munculnya COVID-19 di Indonesia. Tren ini sedikit berbeda di bulan April, di mana jumlah anak muda yang merasa cemas meningkat jadi 23.17%, dan jumlah yang waspada turun menjadi 53.07%. Perubahan emosional ini diperkirakan karena jumlah pasien COVID-19 yang semakin meningkat dan banyaknya fakta tidak menyenangkan di lapangan seperti tenaga medis yang gugur saat bertugas.
Meskipun dibayangi perasaan cemas, generasi muda ini sudah memiliki kesadaran yang tinggi dalam menekan penyebaran virus COVID-19. 85.9% responden mengaku sudah rutin menggunakan masker, 80.2% sudah mengurangi aktivitas di luar, dan 79.01% sudah rutin mencuci tangan dan menggunakan antiseptik.
Temuan di atas bisa menjadi salah satu cerminan bahwa sebagian generasi muda terbukti mampu menyerap edukasi pencegahan virus yang selama ini digencarkan pemerintah dan tenaga kesehatan. Generasi muda ini pun mengaku 'aktif' (34.26%) dan 'sangat aktif' (30.50%) mencari informasi dan ikut memerangi hoax. Sumber informasi yang jadi andalan yaitu media online, TV, dan kanal resmi resmi pemerintah. Hal ini juga menjadi pertanda positif, dimana sebagian generasi muda sudah peka dengan sumber informasi yang valid dan tidak mengandalkan sosial media atau grup Whatsapp semata.
Kontribusi Lewat Berbagai Cara, Tertib #DiRumahAja
Generasi muda ini juga punya berbagai cara untuk ikut berkontribusi bagi masyarakat. Yang paling banyak dilakukan adalah menyebarkan berita valid dan menangkal hoax, memberikan donasi uang, donasi barang non material, dan membantu dalam bentuk jasa seperti menjadi relawan di rumah sakit atau menjadi panitia Gugus Tugas COVID-19.
Selain turun tangan, aktivitas senggang yang paling diminati generasi muda selama di rumah adalah mengkonsumsi hiburan online seperti film dan konser dengan yang dipilih oleh 63.76% responden.
Generasi Muda dan Optimisme Pulih dari Krisis
Kondisi lapangan di atas menunjukkan bahwa generasi muda cukup aktif membekali diri dengan informasi dan melakukan berbagai inisiatif bermanfaat. Ternyata kesadaran tersebut memang sudah terbentuk, terbukti sebanyak 77.82% responden yakin bahwa peran generasi muda 'sangat penting' untuk mengatasi masalah ini.
Di sisi lain, meskipun 85% generasi muda mengaku optimis (44.95% 'optimis', 40.79% 'sangat optimis') bahwa pandemi segera berakhir bulan Juni nanti, masih ada sekitar 14% lainnya yang mengaku 'kurang optimis' dan bahkan 'tidak optimis'.
Dari mereka yang merasa pesimis, 69.44% (50 orang) sepakat bahwa masyarakat adalah pihak yang perlu meningkatkan perannya, disusul ekspektasi ke pemerintah pusat sebesar 20.83%. Opini ini diprediksi berangkat dari perilaku masyarakat akhir-akhir ini yang mulai mengabaikan anjuran social distancing. Maka tidak heran jika generasi muda berharap masyarakat bersikap lebih kooperatif agar tidak memperluas penyebaran virus.
Produser Film KADET 1947 Celerina Judisari mengatakan, "Sejalan dengan misi film KADET 1947 yang ingin memberikan semangat juang bagi generasi muda, survei ini kami lakukan untuk mengetahui keadaan generasi muda di berbagai daerah selama periode pembatasan sosial ini, sekaligus ingin menggali bagaimana sebetulnya optimisme mereka tentang masa depan Indonesia setelah pandemi. Apalagi sekarang momen Hari Kebangkitan Nasional, semangat dan kontribusi pemuda semakin dibutuhkan untuk menghadapi krisis ini."
Produser Film KADET 1947 Tesadesrada Ryza turut menambahkan, "Temuan dari survei ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan generasi muda khususnya, untuk sama-sama memikirkan langkah apa yang selanjutnya perlu diambil sesuai dengan talenta atau potensi yang dimiliki, kemudian turut bergerak dan berkolaborasi untuk mengatasi krisis ini. Optimisme tinggi para pemuda ini juga menjadi pemacu semangat bagi kami untuk bisa segera menghadirkan film KADET 1947 di tengah masyarakat."
Melihat fakta bahwa tingginya tingkat konsumsi generasi muda pada konten film, Celerina dan Ryza berharap film KADET 1947 nantinya dapat menjadi medium bagi generasi muda untuk berkaca dari perjuangan generasi muda bagi Indonesia di masa lalu. Film KADET 1947 bercerita tentang sekelompok Kadet Angkatan Udara yang melakukan serangan udara pertama ke para tentara Belanda di masa-masa Agresi Militer Belanda saat itu.
Saat ini, film KADET 1947 sedang menunggu situasi kondusif untuk melanjutkan produksi film kembali setelah tertunda pandemik. Film ini merupakan karya dari Temata Studios dan didukung oleh Screenplay Films dan Legacy Pictures.