Technologue.id, Jakarta - Dengan pergantian tahun, berganti pula tren-tren yang ada, tidak terkecuali tren keamanan siber.
Jika dilihat tahun 2022 lalu, kriminal siber menargetkan serangan ransomware ke infrastruktur vital, dan terus menemukan cara baru untuk memanfaatkan maraknya cryptocurrency, kerja hybrid, dan yang terbaru adalah API yang tidak diamankan.
Sedangkan untuk tahun 2023 ini, Palo Alto Networks memprediksi beberapa hal dalam ranah keamanan siber, dimana prediksi-prediksi ini sangat relevan karena selain perilaku para kriminal siber, prediksi tersebut juga mempertimbangkan perspektif yang lebih luas.
"Adalah sebuah keharusan bagi perusahaan untuk mengadopsi keahlian siber dan threat intelligence dengan cakupan yang lebih dalam dan luas ke dalam pertahanan siber mereka," ungkap Sean Duca, Vice President and Regional Chief Security Officer, Asia Pasific and Japan, Palo Alto Networks.
Baca Juga:
5 Skema Penjahat Siber Tengah Acara Piala Dunia Qatar 2022
Palo Alto Networks sebagai salah satu pemimpin di bidang keamanan siber global, telah mengidentifikasikan lima tren keamanan siber yang perlu diperhatikan di tahun 2023 ini, yaitu:
Akselerasi adopsi 5G akan meningkatkan level kerentanan
Menurut laporan terbaru asosiasi industri GSMA, diperkirakan koneksi 5G di Asia Pasifik akan mencapai 430 juta pada tahun 2025, meningkat dari 200 juta pada akhir tahun 2021 lalu. Dengan berkembangnya kecepatan 5G dan lebih banyak perangkat canggih lainya, aktor jahat akan memiliki beberapa titik masuk dan kecepetan jaringan yang sangat tinggi untuk melucurkan serangan siber.
Pentingnya mengamankan perangkat medis yang terkoneksi
Digitalisasi memungkinkan berbagai kapabilitas baru dalam industri kesehatan, seperti layanan kesehatan virtual dan diagnosa jarak jauh. Prevalensi sistem lama dan data sensitif yang menarik bagi penjahat siber menjadikan industri kesehatan sebagai sasaran empuk, sehingga pelaku ancaman siber akan memfokuskan perhatian pada industri ini. Memastikan keamanan siber pada perangkat medis yang terhubung akan menjadi sangat penting bagi keselamatan pasien.
Serangan terhadap Cloud Supply Chain akan mengganggu bisnis
Dengan maraknya perusahaan yang mulai mengadopsi arsitektur cloud native, yang berarti mereka juga menggunakan kode pihak ketiga di dalam aplikasi penting mereka. Palo Alto juga melihat para penyerang siber menargetkan sukarelawan yang mengelola konstruksi kode open-source untuk menyusup de dalam organisasi melalui proses pembaruan software package. Masalah ini berada di dalam wilayah cloud supply chain dan kita akan melihat lebih banyak gangguan di tahun-tahun mendatang yang didorong tren adopsi cloud. Dalam riset yang dilakukan, 37% organisasi menduga serangan software supply chain akan menjadi jenis serangan yang mengalami peningkatan terbesar di tahun 2023.
Baca Juga:
Waspadai Serangan Cyber, Ini Cara Melindungi Data dan Website Bisnis Anda
Perdebatan penguasaan data semakin intens
Dengan semakin bergantungnya dunia pada data dan informasi digital, jumlah peraturan dan undang-undang yang didorong keinginan untuk melindungi warga negara serta memastikan ketersediaan layanan penting akan meningkat. Maka, perbincangan seputar lokalisasi dan penguasaan data akan semakin intens di tahun 2023.
Metaverse akan menjadi area bermain baru bagi pelaku kejahatan siber
Sebesar US$54 miliar (setara lebih dari Rp 841 triliun) diperkirakan akan dihabiskan setiap tahunnya untuk produk virtual. Karena itu, metaverse dapat menjadi area bermain baru bagi penjahat siber. Sifat imersif dari metaverse dapat membuka peluang baru bagi bisnis dan konsumen, karena memungkinkan pembeli dan penjual untuk terhubung dengan cara baru.
Perusahaan akan memanfaatkan pengalaman mixed reality untuk mendiversifikasi penawaran mereka dan memenuhi kebutuhan konsumen di metaverse.
Diharapkan dengan prediksi-prediksi tersebut, pemimpin bisnis dapat lebih mempersiapkan diri untuk mencapai kemanan yang lebih baik di masa mendatang.