Technologue.id, Raja Ampat, Papua Barat - Pemerintah telah berkomitmen mengkonversi sumber energi fosil ke energi baru terbarukan. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) digadang-gadang mampu mewujudkan komitmen pemerintah Indonesia karena potensi energi surya yang sangat besar.
Indonesia sebagai negara tropis memang memiliki keistimewaan soal paparan sinar matahari di hampir sepanjang tahun. Ternyata, menuru Asosiasi Energi Solar Indonesia (AESI) potensi energi yang didapat sinar matahari bahkan mampu memenuhi kebutuhan listrik masyarakat termasuk penggunaan mobil lsitrik yang sedang didorong pemerintah.
"Hitungannya kita perlu sekitar 1800 GWp (gigawatt peak) kalau penggunaan perangkat elektrik sudah terkonversi ke listrik. Kita mampu penuhi itu karena hitungan kami di asosiasi kita bisa semai tenaga surya itu minimal di 3,4 TWp (terawatt peak) hingga 20 TWp," kata Fabby Tumiwa, Ketua AESI di tengah acara Huawei Media Camp yang berlangsung di Raja Ampat, Papua Barat.
Fabby pun melanjutkan hitungan asosiasinya tersebut 12 kali sampai 74 kali lipat hitungan yang diumumkan pemerintah. Kalau memang perhitungannya sesuai, Indonesia akan memiliki energi listrik yang melebihi kebutuhan masyarakat dan potensial untuk dijual ke negara lain.
Selain ramah lingkungan, kata Fabby, PLTS mampu membuka lapangan kerja dalam skala besar. "AESI memperkirakan PLTS akan menyerap 20-30 ribu tenaga kerja untuk setiap 1 GWp dan bisa berdampak ekonomi pada produk domestik bruto (PDB) yang besar. Setiap 2.000 unit PLTS Atap itu 9 MWp menciptakan nilai ekonomi US$ 17,9 juta," jelasnya.
Hanya saja, mengganti energi hijau dari energi fosil bukan perkara mudah. Proses transisi sangat penting agar kebutuhan masyarakat tidak terbengkalai dan menyebabkan krisis energi.
"Penyediaan PLTS bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik dipasang di atap, digelar di atas tanah maupun terapung sangat mungkin dilakukan. Tapi kita juga perlu memilih sistem penyimpanan energi surya yang disemai agar bisa dipakai kapanpun kita perlu, saat ini yang paling lazim ya pakai baterai tinggal kita pastikan teknologi baterainya juga sejalan dengan visi ramah lingkungan," papar Fabby.