Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Pesawat Jet Tempur Dibekali Teknologi AI Bawa Terobosan di Bidang Militer
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Masih ingat apa yang dikhawatirkan oleh Elon Musk, pendiri SpaceX yang sempat mengatakan bahwa AI "salah satu ancaman terbesar bagi umat manusia". Tentu saja kemajuan teknologi tidak dapat dibendung, termasuk kecerdasan buatan. Di satu sisi penggunaannya pun harus bijak.

Bisa dibayangkan jika AI yang mendorong sistem atau mesin bekerja secara otomatis, ia dimanfaatkan untuk berbagai pekerjaan yang biasa dilakukan manusia, salah satunya menggantikan peran pilot pesawat tempur.

Baca Juga:
Robot Humanoid Tesla Optimus Gen 2 Makin Mirip dengan Manusia

Dengan AI, pesawat tempur bisa saja mengudara tanpa awak, melakukan tugas khusus, pengintaian, patroli atau bahkan menembak sasaran. Otomatisasi dalam pesawat jet tempur ini sudah terlihat melalui pengujian yang dilakukan Angkatan Udara AS.

Pada 2022, jet tempur F-16 yang dimodifikasi menggunakan AI lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Edwards di California. Selama uji terbangnya, jet tempur dengan nama sandi VISTA X-62A itu menampilkan latihan manuver pesawat tempur tingkat lanjut.

Setelah kembali ke pangkalan, VISTA menjadi pesawat taktis pertama yang berhasil dikemudikan dengan AI dalam sejarah, dikutip dari Slashgear.

Pada Juni 2023, Boeing mengumumkan pengembangan MQ-28, Drone "Kelelawar Hantu" miliknya, yang menggunakan AI canggih untuk mendukung armada jet tempur dengan melacak pesawat lawan dan sekutu.

Dengan melihat keberhasilan pengujian tersebut, teknologi AI dapat dimanfaatkan dalam bidang pertahanan dan keamanan. Penggunaan teknologi ini diharapkan dapat membawa efisiensi untuk bidang militer di masa depan.

Dalam sebuah pernyataan kepada Wired, M. Christopher Cotting, Direktur Penelitian di Air Force Test Pilot School mengatakan, “Kami tidak mencoba mengganti pilot, kami mencoba untuk menambah jumlah mereka, memberi mereka alat tambahan".

Menurutnya, melalui AI, "seorang letnan satu dengan pengalaman 100 jam di kokpit secara artifisial bisa mendapatkan keunggulan yang sama dengan perwira berpangkat lebih tinggi dengan pengalaman penerbangan 1.000 jam".

Terlihat inovatif, namun AI di bidang militer ini tetap memiliki potensi risiko. Dorongan menuju pertempuran tak berawak bertenaga AI pada jet tempur juga berarti mengembangkan strategi untuk mengamankan sistem otonom, serta belajar untuk bertahan melawan sistem otonom.

Meningkatnya ketergantungan pada kecerdasan buatan menimbulkan risiko baru bagi unit militer, terutama ketika melakukan mitigasi ancaman keamanan siber. Di antara kekurangan Sistem Senjata Angkatan Udara AS, Rand Corporation menyampaikan dalam ringkasan penelitiannya bahwa kendali dan akuntabilitas keamanan siber sistem militer seringkali tersebar di beberapa organisasi.

Oleh karena itu, disebutkan bahwa hal ini dapat menimbulkan tantangan dalam pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Baca Juga:
Game Moba Terbaik di 2023, Ada Arena of Valor hingga Mobile Legends: Bang Bang

Selain itu, penting untuk dipahami bahwa meskipun algoritme dapat menyederhanakan proses pengambilan keputusan, algoritme juga kekurangan elemen fleksibilitas manusia. Dalam beberapa kasus, pengambilan keputusan sepersekian detik berdasarkan naluri merupakan aspek penting dalam pelestarian kehidupan.

Penting untuk memahami tantangan dan peluang yang ada dalam penyusunan peraturan, sebelum kemampuannya menjadi tidak terkendali.

SHARE:

Google Batal Bikin Pixel Tablet 2, Hindari Persaingan dengan Apple?

Ini Respons Kemenperin soal Proposal Investasi Apple Rp1,58 Triliun