Technologue.id, Jakarta - Perkembangan teknologi semakin canggih hingga sudah banyak diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk teknologi biometrik yang bahkan sudah menjadi bagian integral dari layanan publik dan pemerintahan.
Di Indonesia sendiri verifikasi biometrik telah diterapkan untuk mempermudah segala layanan publik berbasis online yang lebih cepat, aman, dan praktis, mulai dari e-KTP, pemeriksaan imigrasi hingga verifikasi bantuan sosial.
Dalam seminar Tiga Tahun Prakerja, Gebrakan Inovasi Pelayanan Publik, Direktur Teknologi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Kementerian Koordinator Perekonomian, Samsu Sempena mengangap bahwa verifikasi identitas berbasis biometrik ini sangat penting dalam layanan publik terlebih untuk memastikan apakah penerima bantuan dana APBN seperti Kartu Prakerja tepat sasaran.
Baca Juga:
Tuai Kritik, Google Berjanji Bakal Memperbaiki dan Meningkatkan Chatbot AI Bard
"Didukung teknologi liveness detection, kita memastikan bahwa orang yang difoto itu memang adalah orang sesungguhnya, lalu face recognition akan mencocokkan foto dari wajah pendaftar kepada basis data centralized yang ada di Dukcapil," ucapnya.
Kombinasi kedua metode verifikasi biometrik liveness detection dan face recognition adalah bagian dari proses verifikasi identitas yang aman, dimana dilakukan di Prakerja untuk memperketat tahap verifikasi.
Penyedia layanan identitas digital, VIDA menyampaikan terdapat beberapa faktor untuk memastikan kelancaran teknologi biometrik yang kini dapat ditunjang kecerdasan buatan. Yang pertama ketika face recognition dilakukan, platform harus memastikan bahwa yang bersangkutan yang melakukan akses onboarding, disitulah kegunaan liveness detection.
Yang kedua, seberapa besar tingkat kepercayaan pihak yang melakukan verifikasi, dan bagaimana mereka dapat menjaga data pribadi atau digital trust.
Head of Product VIDA, Ahmad Taufik mengatakan "Perlu diperhatikan pihak mana yang bisa kita percayakan untuk memproses data kita, terutama kaitannya dengan biometrik yang merupakan data sensitif."
Taufik juga menjelaskan bahwa Indonesia telah menerapkan teknologi biometrik dalam skala besar, salah satunya data kependudukan nasional yang menyimpan data wajah, sidik jari, dan juga iris.
Baca Juga:
Upaya Meta Lindungi Keamanan Akun Jurnalis, Aktivis dan Publik Figur
Bank Dunia juga menyetujui pentingnya kehadiran teknologi yang inklusif, dimana verifikasi digital identitas telah menjadi salah satu isu penting di berbagai negara. I Gede Putra Arsana selaku Senior Financial Sector Specialist World Bank mengatakan, "Ada tiga hal penting yang bisa diaplikasikan, yakni inklusivitas, desain aplikasi terkait perlindungan data, dan dari sisi governance atau aturan."
I Gede berharap dalam tiga sampai empat tahun ke depan Indonesia bisa melihat digital ID versi Indonesia serupa dengan yang dimiliki di Singapura, dimana 97% penduduknya sudah menggunakan SingPass sebagai digital ID secara online dan dapat mendorong transformasi digital di berbagai sektor seperti sektor keuangan, sektor kesehatan, perpajakan, bansos dan lainnya.