SHARE:
Technologue.id, Jakarta - Adopsi teknologi 4G sudah berjalan di Indonesia, tapi penetrasi layanannya masih belum besar ketika dibandingkan negara-negara lain. Tingginya harga perangkat 4G yang beredar di pasaran dituding jadi penghambat migrasi masyarakat menuju teknologi 4G. Nonot Harsono, Pengamat Telekomunikasi dari Mastel Institute menyatakan rata-rata smartphone 4G menengah ke bawah yang beredar di pasar saat ini berkisar USD 250 atau sekitar Rp 3 jutaan. Padahal, daya beli masyarakat yang masih memakai 2G maksimal USD 125 atau sekitar Rp 1,6 jutaan.
Baca juga : Unik, Feature Phone Ini Bisa Jadi Modem 4G dan Konek ke Wi-Fi!
Hartadi Novianto, Head of Device Sourcing and Management Smartfren Telecom mengamini harga ponsel 4G yang tinggi jadi penyebab orang belum mau pindah ke 4G. "Orang Indonesia masih belum mau kalau pindah smartphone dari 3G ke 4G, dari 2G ke 4G pun terkendala biaya upgrade perangkatnya," kata Hartadi Data Nonot juga menyebutkan terdapat sekitar 60 sampai 70 persen pengguna yang belum bermigrasi ke 4G dikarenakan dua penyebab. Pertama, penetrasi 4G masih kecil, baik itu cakupan jaringan maupun kepemilikan perangkat 4G. Kedua, kebutuhan masyarakat soal layanan 4G belum tumbuh pesat.Baca juga : Review: Lenovo K6 Note, Smartphone Harga 2 Jutaan dengan RAM 4GB
Mantan komisioner badan regulasi telekomunikasi Indonesia (BRTI) tersebut menyarankan pemerintah turun tangan dalam mengembangkan perangkat 4G yang sesuai kebutuhan masyakarat. Smartphone dengan harga yang bisa dijangkau semua kalangan direkomendasikan Nonot agar tersedia di pasar ponsel tanah air. "Kalau memang perlu, pemerintah dan pelaku bisnis bekerjasama supaya bisa menyediakan perangkat sesuai kebutuhan masyarakat. Layanan dengan teknologi 4G bisa diakses secara luas kalau perangkatnya juga bisa diakses secara luas," imbuh Nonot pada diskusi Obrolan Telko yang berlangsung di Jakarta. Baca juga : Selain Andromax, Kini Haier Ciptakan Smartphone 4G Ramah Kantong Lainnya