Technologue.id, Jakarta - Studi baru yang digelar peneliti mengidentifikasi lebih dari 5.000 spesies virus baru di lautan dunia.
Para peneliti studi menganalisis puluhan ribu sampel air dari seluruh dunia, berburu virus RNA, atau virus yang menggunakan RNA sebagai materi genetiknya. Novel virus Corona, misalnya, adalah jenis virus RNA.
"Virus ini kurang dipelajari dibandingkan virus DNA, yang menggunakan DNA sebagai materi genetiknya," kata para penulis dikutip Live Science.
Keragaman virus yang baru ditemukan begitu besar sehingga para peneliti telah mengusulkan penggandaan jumlah kelompok taksonomi yang diperlukan untuk mengklasifikasikan virus RNA, dari lima filum yang ada menjadi 10 filum. Filum adalah klasifikasi luas dalam biologi tepat di bawah "kingdom".
Baca juga:
Beredar Hoax Covid-19 Bukan Virus, Melainkan Bakteri
"Ada begitu banyak keragaman baru di sini -dan seluruh filum baru, Taraviricota, ditemukan di seluruh lautan, yang menunjukkan bahwa mereka penting secara ekologis," ungkap penulis utama studi, Matthew Sullivan, seorang profesor mikrobiologi di The Ohio State University , kata dalam sebuah pernyataan.
Studi virus RNA biasanya difokuskan pada mereka yang menyebabkan penyakit, menurut Sullivan. Beberapa virus RNA yang terkenal termasuk influenza, Ebola, dan virus corona yang menyebabkan COVID-19. "Tapi ini hanyalah "potongan kecil" virus RNA di Bumi," tambah Sullivan.
"Kami ingin mempelajarinya secara sistematis dalam skala yang sangat besar dan menjelajahi lingkungan yang belum pernah dilihat secara mendalam," katanya lagi.
Untuk penelitian yang diterbitkan Kamis (7 April) di jurnal Science, para peneliti menganalisis 35.000 sampel air yang diambil dari 121 lokasi di kelima lautan dunia. Para peneliti adalah bagian dari Tara Oceans Consortium, sebuah proyek global untuk mempelajari dampak perubahan iklim di lautan.
"Mereka memeriksa urutan genetik yang diekstraksi dari organisme air kecil yang dikenal sebagai plankton, yang merupakan inang umum untuk virus RNA," ucap para peneliti.
Mereka menemukan sekuens milik virus RNA dengan mencari gen kuno yang disebut RdRp, yang ditemukan di semua virus RNA tetapi tidak ada pada virus dan sel lain. Mereka mengidentifikasi lebih dari 44.000 sekuens dengan gen ini.
Tetapi gen RdRp berusia miliaran tahun dan telah berevolusi berkali-kali. Karena evolusi gen berjalan begitu jauh ke belakang, sulit bagi para peneliti untuk menentukan hubungan evolusi antara urutan. Jadi para peneliti menggunakan pembelajaran mesin untuk membantu mengaturnya.
Secara keseluruhan, mereka mengidentifikasi sekitar 5.500 spesies virus RNA baru yang termasuk dalam lima filum yang ada, serta lima filum yang baru diusulkan, yang oleh para peneliti diberi nama Taraviricota, Pomiviricota, Paraxenoviricota, Wamoviricota dan Arctiviricota.
Spesies virus dalam filum Taraviricota sangat melimpah di perairan beriklim sedang dan tropis. Sementara virus dalam filum Arctiviricota berlimpah di Samudra Arktik, tulis para peneliti dalam The Conversation.
"Memahami bagaimana gen RdRp menyimpang dari waktu ke waktu dapat mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kehidupan awal berevolusi di Bumi," kata para penulis.
"RdRp seharusnya menjadi salah satu gen paling kuno - itu ada sebelum ada kebutuhan untuk DNA," kata rekan penulis studi Ahmed Zayed, seorang ilmuwan penelitian di mikrobiologi di Ohio State, dalam pernyataannya. "Jadi kita tidak hanya menelusuri asal usul virus, tapi juga menelusuri asal usul kehidupan."