Technologue.id, Jakarta - Disrupsi akibat pandemi COVID-19 mendorong para pemimpin bisnis di ASEAN untuk memprioritaskan isu keamanan siber pada tingkat dewan, berdasarkan survei State of Cybersecurity di ASEAN yang digagas oleh Palo Alto Networks.
Mengacu pada hasil laporan terbaru, keamanan siber telah menjadi agenda pertemuan kepemimpinan teratas bagi bisnis di ASEAN – sebanyak 92% dari mereka percaya bahwa keamanan siber menjadi prioritas utama para pemimpin bisnis saat ini.
Baca Juga:
Celah Keamanan Siber Yang Umum Terjadi Pada Startup
Bahkan, hampir tiga dari empat pemimpin bisnis (74%) percaya bahwa kepemimpinan bisnis mereka saat ini telah meningkatkan perhatian terhadap keamanan siber.
Selain itu, lebih dari dua pertiga (68%) berencana meningkatkan anggaran keamanan siber mereka pada tahun 2022, didorong oleh adopsi teknologi keamanan generasi berikutnya (48%), kebutuhan untuk mengatasi kesenjangan keamanan siber yang ada (46%), dan kebutuhan untuk mengoptimalkan operasi (44%).
Di Indonesia sendiri, bisnis juga memiliki keprihatinan khusus mengenai anggaran keamanan siber mereka saat ini, sehingga 67% pelaku bisnis di Indonesia berencana untuk meningkatkan anggaran keamanan siber mereka pada tahun 2022.
"Jelas bahwa keamanan siber telah menjadi prioritas para pemimpin bisnis di ASEAN dan Indonesia, namun dengan transformasi digital yang cepat dan peningkatan risiko terkait di negara ini, organisasi di Indonesia perlu lebih waspada, tidak hanya dalam menerapkan langkah-langkah keamanan siber, tetap juga dalam menyesuaikan investasi dan strategi mereka," ujar Adi Rusli, Country Manager of Indonesia, Palo Alto Networks, saat sesi konferensi pers online, Kamis (24/3/2022).
Baca Juga:
Keamanan Siber Tanggung Jawab Seluruh Pihak
Saat ini permintaan akses kerja jarak jauh oleh karyawan telah menjadi sebuah norma baru, namun di saat yang bersamaan, masih banyak infrastruktur bisnis yang belum siap menghadapi tren baru ini. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika tren baru ini turut membawa serangkaian tantangan keamanan siber baru.
Responden survei melaporkan bahwa, tantangan paling besar di Indonesia adalah kebutuhan untuk mendapatkan solusi keamanan siber yang lebih luas untuk melindungi diri mereka dari ancaman siber (63%) dan peningkatan transaksi digital dengan pemasok dan pihak ketiga lainnya (57%) .