Technologue.id, Jakarta - Penetrasi fixed broadband atau Fiber to The Home (FTTH) di Indonesia masih rendah.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif,
mengatakan bahwa pelanggan fixed broadband di Indonesia belum mencapai 15 persen. Penyebaran penggunanya pun belum merata.
"Penetrasi pelanggan fixed broadband paling hanya 11 juta. Itupun belum divalidasi masih berlangganan atau tidak," ujar Arif, dalam acara Selular Business Forum di Jakarta, Selasa (26/10/2022).
Baca Juga:
Kompetisi Pasar Fixed Broadband di Indonesia Picu Perang Tarif?
Arief menuturkan, penggunaan fixed broadband pada awal sebelum pandemi lebih banyak digunakan oleh sektor korporasi. Sehingga, penetrasi fixed broadband di sektor retail masih terbilang rendah.
"Indonesia masih kurang penyebaran layanan fixed broadband. Sebelum pandemi terjadi ketimpangan ISP di retail sama B2B. Namun karena pandemi, animo di retail luar biasa," ungkapnya.
"Bahkan yang sebelumnya mereka (provider) tidak mau masuk ke rumah di gang-gang sempit, sekarang mereka layani," imbuhnya.
Lebih lanjut, Arif menyinggung perihal biaya berlangganan yang ditawarkan oleh penyedia layanan fixed broadband. Menurutnya, tren harga sudah mendekati bottom dari harga dasar.
Di Indonesia, harga langganan pita lebar bulanan saat ini berkisar mulai dari Rp 200.000 atau Rp 300.000 per bulan.
Baca Juga:
Telkom-Singtel Kembangkan Regional Data Center dan Bisnis Broadband
Di lain hal, menurut laporan World Bank, IndiHome menjadi layanan fixed broadband terbesar dengan menguasai market share di Indonesia dengan jumlah pelanggan sebanyak 9 juta di tahun 2022.
E. Kurniawan, VP Marketing Management Telkom menjelaskan bahwa saat ini IndiHome menyalurkan koneksi internet hingga 67 pentabyte per hari dan memiliki perangkat terhubung sebanyak 187 juta unit. Ini yang menandakan consumer behaviour tidak berubah meski masyarakat sudah normal beraktivitas dari luar rumah.