Technologue.id, Jakarta - Pesawat ruang angkasa New Horizons NASA berjarak sekitar 8,8 miliar km dan menjelajahi Sabuk Kuiper. Sabuk es ini mengelilingi Matahari namun tampaknya mengungkap fakta baru yang mengejutkan ilmuwan.
New Horizons diperkirakan akan meninggalkan wilayah tersebut saat ini, namun tampaknya mereka telah mendeteksi peningkatan kadar debu yang diperkirakan berasal dari dampak mikrometeorit di dalam sabuk tersebut. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa Sabuk Kuiper mungkin membentang lebih jauh dari Matahari.
Sabuk Kuiper ditemukan di luar orbit Neptunus dan diperkirakan membentang sekitar 8 miliar km. Keberadaannya pertama kali diusulkan pada pertengahan abad ke-20 oleh Gerard Kuiper yang merupakan nama sabuk tersebut. Ini adalah rumah bagi banyak benda es dan planet kerdil serta menawarkan wawasan berharga tentang pembentukan dan evolusi Tata Surya.
Sekadar informasi, pesawat ruang angkasa New Horizon memulai misinya untuk menjelajahi bagian luar Tata Surya sejak diluncurkan oleh NASA pada Januari 2006 di atas roket Atlas V. Tujuan utamanya adalah untuk melakukan penerbangan jarak dekat ke Pluto dan melanjutkan penjelajahan Sabuk Kuiper.
Baca Juga:
Lenovo Ungkap Konsep Laptop Unik dengan Layar Transparan di MWC 2024
New Horizons menyelesaikan penerbangannya ke Pluto pada tahun 2015, dan telah melakukan perjalanan melalui Sabuk Kuiper sejak saat itu. Pesawat itu melakukan perjalanan melalui wilayah terluar atau hampir 60 kali jarak Bumi ke Matahari.
New Horizons memiliki teknologi Venetia Burney Student Dust Counter (SDC) untuk menghitung tingkat debu. Instrumen tersebut dibuat oleh mahasiswa di Laboratorium Fisika Luar Angkasa Atmosfer di Universitas Colorado Boulder.
Sepanjang perjalanan New Horizon, SDC telah memantau tingkat debu yang memberikan wawasan luar biasa mengenai tingkat tabrakan antar objek di bagian luar Tata Surya. Temuan baru menunjukkan bahwa objek dan debu di Sabuk Kuiper mungkin berjarak 30 AU hingga sekitar 80 AU dari Matahari.