Technologue.id, Jakarta – Memang, Indonesia belum sehebat Amerika Serikat dengan Silicon Valley-nya. Setidaknya, diprediksi tiga tahun lagi, Indonesia sudah bisa merasakan benefit dari era digital. Ya, studi dari Microsoft dan IDC meramalkan kalau tahun 2021 mendatang, 40 persen GDP (Produk Domestik Bruto) Indonesia bakal berasal dari sumbangan produk dan layanan digital. Transformasi digital ini lantas juga diperkirakan mampu menambah GDP alias PDB sekitar 22 miliar USD (setara Rp301 triliunan) tiga tahun lagi dengan tingkat pertumbuhan 0,4 persen per tahun. Pertambahan itu cukup signifikan untuk menambah GDP Indonesia yang di tahun 2016 mencapai 932,3 miliar USD (sekitar Rp12.771 triliun).
Baca juga:
Microsoft Mampir ke NTT, Bekali Para Pelajar dengan Skill Digital
Dijelaskan lebih lanjut dalam keterangan resmi yang redaksi terima (13/02/2018), prediksi di atas juga berpatok pada hasil di tahun 2017. Tahun lalu, tercatat 4 persen GDP Indonesia telah berasal dari produk dan layanan digital yang dibuat secara langsung menggunakan teknologi digital, seperti mobilitas, komputasi awan, Internet of Things (IoT), dan artificial intelligence (AI). "Indonesia terlihat jelas sudah berada dalam fast track transformasi digital. Dalam empat tahun ke depan, kami berharap dapat melihat sekitar 40 persen PDB Indonesia berasal dari produk dan layanan digital," kata Haris Izmee, President Director of Microsoft Indonesia.Baca juga:
Microsoft: Selamat Tinggal, Password!
Merespons ramalan ini, Microsoft mengklaim telah berkontribusi untuk masyarakat Tanah Air. Sejak 2011, mereka telah bekerja sama dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) untuk menghadirkan program Rumah Belajar, Digital Skills dengan sesi Hour of Code (HoC)-nya, hingga Generasi Bisa! Terakhir, program ini hadir di Kupang, Nusa Tenggara Timur, untuk membekali para generasi muda, utamanya pelajar SMA/SMK, dengan kompetensi digital demi menghadapi era teknologi yang lebih canggih.Baca juga:
Studi bertajuk Unlocking the Economic Impact of Digital Transformation in Asia Pacific ini melibatkan 1.560 pengambil keputusan di sektor bisnis dari organisasi kelas menengah dan besar di 15 negara di kawasan Asia-Pasifik. Secara garis besar, telah diramalkan ada lonjakan yang cukup besar dalam transformasi digital di seluruh perekonomian Asia-Pasifik. Sebabnya, makin banyak perusahaan di Asia-Pasifik menerapkan teknologi baru seperti AI sebagai bagian dari inisiatif transformasi digital mereka.