Technologue.id, Jakarta - Survei perusahaan keamanan siber Trend Micro menemukan bahwa sebanyak 81% perusahaan di Indonesia kemungkinan mengalami kebocoran data pelanggan dalam 12 bulan ke depan.
Temuan ini merupakan hasil laporan dari Trend Micro yang dilakukan selama setahun dua kali melalui Cyber Risk Index (CRI), yang mengukur gap antara kesiapan keamanan siber para responden dan kemungkinan akan mengalami serangan.
Baca Juga:
Sertifikat Vaksin Presiden Jokowi Bocor di Medsos
Country Manager Trend Micro, Laksana Budiwiyono pada Kamis (3/9/2021) memaparkan bahwa survei ini dilangsungkan pada pada Q1 2021. Survei ditujukan ke lebih dari 3.600 bisnis dari berbagai ukuran dan industri di 24 negara, termasuk Indonesia.
"CRI diukur berdasarkan skala -19 hingga 10 dimana nilai -10 mewakili tingkat risiko tertinggi. Tercatat CRI Indonesia saat ini berada di level -0,12 yang berarti termasuk dalam kategori Elevated Risk. Ini artinya Indonesia mengalami peningkatan risiko," papar Laksana.
Baca Juga:
Penjelasan Kemenkes Soal Dugaan Bocor Data eHAC
Laksana melanjutkan, dengan setengah dari responden menyatakan mengalami kebocoran data pelanggan dalam 12 bulan terakhir, perusahaan harus mulai mempersiapkan diri dengan lebih baik dengan mengidentifikasi data penting yang memiliki risiko tinggi.
Tidak berhenti di situ, perusahaan juga disarankan lebih berfokus pada ancaman yang berdampak besar terhadap bisnis, dan menggunakan perlindungan berlapis dengan platform yang komprehensif dan saling tersambung.