Technologue.id, Jakarta – Para peneliti telah mengembangkan suatu alat tes HIV menggunakan stik USB. Perangkat ini dibuat oleh para peneliti di Imperial College London, bekerjasama dengan perusahaan bioteknologi, DNA Electronics. Cara kerja perangkat ini adalah dengan menggunakan setetes darah untuk mendeteksi HIV. Jika ada virus HIV pada sampel, maka akan memicu perubahan keasaman yang akan ditransformasikan menjadi sinyal listrik. Sinyal tersebut dikirim ke stik USB yang mengeluarkan hasil dalam program di komputer, tablet atau smartphone. Alat uji sekali pakai ini dapat digunakan oleh pasien HIV untuk memantau perawatan mereka sendiri. Lebih lanjut lagi, teknologi tersebut memungkinkan pasien HIV untuk dapat dikelola dengan lebih efektif di lokasi yang jauh. Perangkat ini tak hanya akurat, tetapi juga dapat memberikan hasil dalam waktu kurang dari 30 menit. Pada penelitian terkini, teknologi tersebut telah menguji 991 sampel darah dengan 95% akurasi. Rata-rata waktu untuk memberikan hasil adalah 20.8 menit. Teknologi baru ini memantau jumlah virus di aliran darah. Hal ini sangat penting untuk memantau penanganan pasien. Tes standar untuk mendeteksi jumlah virus yang saat ini digunakan padahal memakan waktu setidaknya tiga hari, bahkan lebih lama. Biasanya melibatkan pengiriman sampel darah ke suatu laboratorium. Di banyak belahan dunia, khususnya yang memiliki jumlah infeksi HIV tertinggi, tes semacam ini justru tak ada sama sekali. [gallery columns="1" size="full" td_select_gallery_slide="slide" td_gallery_title_input="Tes HIV dengan stik USB (sumber: Tes HIV (Sumber: http://phys.org)" ids="9343,9344"] Saat ini penanganan yang dilakukan untuk HIV adalah anti-retroviral treatment yang mengurangi tingkat virus hingga mendekati nol. Namun pada beberapa kasus pengobatan bisa berhenti, kemungkinan karena virus HIV telah mengembangkan kekebalan terhadap obat-obatan tersebut. Indikasi pertama dari kasus ini terlihat dari peningkatan jumlah virus dalam aliran darah. Lebih lanjut lagi, pemantauan tingkat virus secara rutin memungkinkan tim kesehatan untuk memeriksa pasien melakukan pengobatan. Penghentian pengobatan dapat berakibat HIV kebal terhadap obat-obatan. Sehingga menimbulkan masalah global. Tingkat virus tak bisa dideteksi dengan melakukan tes HIV rutin yang menggunakan anti bodi. Tes tersebut hanya bisa menunjukkan apakah seseorang telah terinfeksi atau tidak. Dr Graham Cooke yang merupakan penulis senior dari Department of Medicine di Imperial menjelaskan, “Penanganan HIV telah meningkat secara dramatis selama 20 tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang yang terdiagnosa mengidap infeksi ini kini memiliki harapan untuk hidup normal.” “Namun demikian memantau virus merupakan hal yang penting demi kesuksesan penanganan HIV. Pada saat ini seringkali pengujian begitu mahal dan membutuhkan peralatan yang rumit. Sehingga membutuhkan beberapa hari untuk memberikan hasil. Kami telah sanggup melakukannya dengan peralatan ini, yang ukurannya sebesar mesin fotokopi, dan menyusutkannya menjadi sebesar chip USB.” Dr Cooke juga menambahkan bahwa teknologi tersebut, walau masih tahap awal dapat memungkinkan pasien untuk memantau tingkat virus mereka secara rutin. Hampir sama dengan cara seseorang dengan diabetes memeriksa tingkat gula darah mereka. Nah praktis kan? Kira-kira kapan ya alat ini akan dipasarkan, dan kira-kira akan mudah diperoleh di jaringan apotik di Indonesia tidak ya? Baca juga: HALODOC VS KONSULA, UJI BANDING DUA APLIKASI BEROBAT ZIPLINE GALANG DANA $25 JUTA UNTUK ANTAR PASOKAN MEDIS DENGAN DRONE ALODOKTER, SITUS PEMBERI INFO KESEHATAN, DAPAT SUNTIKAN SERIES A
Contact Information
Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260
We're Available 24/ 7. Call Now.
SHARE:
SHARE: