Technologue.id, Jakarta - Aspek keamanan data masih menjadi momok bagi industri teknologi finansial atau disingkat fintech. Indonesia sendiri menempati urutan ke-4 di dunia dalam hal jumlah kasus kebocoran data, dengan jumlah kasus mencapai 13,26 juta pada kuartal III 2022.
Menyikapi hal tersebut, pelaku industri pun terus berlomba untuk memastikan keamanan data para penggunanya. Kredivo, sebagai penyedia layanan kredit digital atau Paylater, menilai bahwa aspek keamanan data menjadi salah satu faktor yang berkontribusi bagi pertumbuhan industri, termasuk dalam mendapatkan dukungan investasi dari investor serta kepercayaan pengguna.
Baca Juga:
Penggunaan Kredivo Paylater Meroket Selama Pandemi
Menjadi pelopor Paylater di Indonesia, Kredivo melihat penggunaan Paylater terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan alternatif pembiayaan yang juga meningkat. Dalam 3 tahun terakhir, jumlah pengguna Kredivo diikuti juga dengan jumlah transaksi meningkat hingga 5 kali lipat.
Berkaca pada hal tersebut, keamanan data pengguna telah menjadi prioritas utama Kredivo sejak awal hadir hingga saat ini. Sebagai layanan keuangan yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kredivo selalu merujuk pada regulasi OJK terkait batasan lingkup data pribadi para pengguna.
Chief Data Officer Kredivo, Paramananda Budi Setyawan mengatakan, "Kami terus berinvestasi pada teknologi canggih yang mutakhir untuk memastikan bahwa sistem keamanan yang dimiliki Kredivo terus terbaharui sesuai dengan standar internasional dan aman dari peretasan."
Baca Juga:
Telkomsel Gandeng Kredivo Hadirkan Pembayaran Paylater
Data pengguna terenskripsi dan tidak dapat diakses pihak manapun. Sedangkan dalam hal data transaksi pengguna, Kredivo memiliki level keamanan setara dengan bank serta mengimplementasikan two-factor authentication (2FA) berupa PIN dan OTP.