Technologue.id, Jakarta – Twitter beberapa waktu lalu dipandang sebagai media sosial yang di ujung tanduk. Akan tetapi, situasi kini sedikit berubah. Perusahaan berlogo burung biru itu di bulan Februari berhasil meraih untung untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Butuh waktu 11 tahun agar Jack Dorsey cs mengantongi profit 91 US$ juta (sekitar Rp1,25 triliun). Di kuartal kedua 2018, mereka meneruskan tren positif tersebut, dengan menggaet net income sebesar US$100 juta (Rp1,4 triliunan). Revenue Twitter pun ikut naik, dari US$665 juta (Rp9,5 triliunan) pada Q1 2018 menjadi US$711 juta (Rp10,2 triliunan) pada kuartal ini.
Baca juga:
Seperti Kokain, Sosmed “Sengaja” Didesain Bikin Kecanduan
Namun, pengguna aktif Twitter justru turun. Kalau di Q1 2018 mereka menampung 336 juta monthly active user (MAU), pada April sampai Juni 2018, tinggal 335 juta orang saja yang bertahan. Menukil VentureBeat.com (27/07/2018), hilangnya 1 juta user ini terpantau berasal dari Amerika Serikat. Sementara MAU pengguna internasional terpantau stagnan.Baca juga:
Terungkap, Twitter Jual Akses Data User ke Pentolan Cambridge Analytica
Pada Q2 2018, Twitter berjibaku untuk melawan akun spam dan bot. Dalam seminggu di bulan Juni, platform berumur 12 tahun itu mengidentifikasi 9,9 juta akun spam. Menurut Dorsey, hal ini mereka tempuh untuk menciptakan Twitter yang "lebih sehat". "Kami rasa, tugas ini [membersihkan Twitter dari akun-akun yang dianggap menimbulkan rasa tidak nyaman] tidak akan pernah selesai. Ini seperti urusan keamanan dan privasi yang secara konstan akan terus berkembang," kata CEO Twitter itu.Baca juga:
Twitter sendiri melakukan tugas tersebut dengan bantuan machine learning dan deep learning. Memprioritaskan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat di platformnya ini dipercaya Dorsey dapat mencerahkan masa depan Twitter ke depannya.