Technologue.id, Jakarta - Rencana merger antara Indosat Ooredoo dan Tri Indonesia dinilai bakal membawa dampak positif bagi perkembangan industri telekomunikasi tanah air.
"Jika jadi beneran akan bagus sekali bagi industri jaringan telekomunikasi, bagi pengguna, dan bagi Indonesia," kata Nonot Harsono, Pengamat telekomunikasi, saat dihubungi Technologue.id, Selasa (29/12/2020).
Baca Juga:
Potensi Merger, Tri Indonesia Tandatangani Mou dengan Indosat Ooredoo
Dijelaskan Nonot, merger akan menguatkan kemampuan penggelaran yang lebih merata (no blank spot) dengan kualitas yang juga merata. Import teknologi pun bisa berkurang sehingga defisit neraca perdagangan akan berkurang.
"Trend teknologi ke depan makin menuntut penggabungan infrastruktur; untuk bisa menjadi jaringan yang bisa dipakai untuk moderinasi layanan seperti kendaraan tanpa sopir, AR/VR, dan seterusnya," pungkas pria yang menjabat sebagai Ketua Bidang Infrastruktur Broadband Nasional tersebut.
Merger antara perusahaan telekomunikasi yang berbasis di Qatar dan Hong Kong itu akan berpengaruh pada kualitas jaringan. Pasalnya jaringan selular yang digabung akan menghasilkan kualitas jaringan yang jauh lebih baik. Hal ini pun bakal berimbas pada tarif layanan.
"Jika jaringan lebih efisien, maka ada kemungkinan tarif layanan bisa dipertahankan rendah. Jika kualitas membaik, maka zoominar dan vicall akan lebih lancar. Semoga bukan Youtube HD yg makin marak," ujar Nonot.
Ia menekankan regulator harus turun tangan untuk untuk mendorong kepastian merger ini. Namun yang perlu dipastikan bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika tidak akan menarik sebagian alokasi pita frekuensi dari gabungan Indosat Ooredoo dan Tri Indonesia.
Baca Juga:
Konfirmasi Indosat Ooredoo Soal Rencana Merger dengan Tri Indonesia
Di sisi lain, penggabungan Indosat dan Tri Indonesia dikatakan mampu menandingi kekuatan Telkomsel dalam bisnis telekomunikasi Tanah Air. Memang bukan dari sisi pelanggan, melainkan alokasi spektrum.
"Bisa saja ngejar Telkomsel, dengan alokasi pita frekuensi gabungan keduanya. Gabungan dua operator ini punya modal dasar yang cukup untuk mengimbangi kapasitas dan kualitas Telkomsel, meski harus menyiapkan capex yg cukup besar. Dan juga berhadapan dengan pemda-pemda yang semakin "rajin" meminta retribusi," tutupnya.