Technologue.id, Jakarta - Buntut tindakan pemblokiran akun secara permanen, para pendukung mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyerbu kantor pusat Twitter di San Francisco, California, pada Senin, 11 Januari 2021.
Aksi protes tersebut dipicu setelah Twitter melarang presiden Trump menggunakan layanannya menyusul hasutan kekerasan setelah serangan 6 Januari di Capitol minggu lalu. Trump menggunakan platform media sosial berlogo Burung Biru itu untuk menjalin komunikasi dengan jutaan pengikutnya.
Baca Juga:
Twitter Blokir Permanen Akun Donald Trump
Untuk mengantisipasi kerusuhan, Polisi San Francisco pun bersiaga di lokasi demo.
"Departemen Kepolisian San Francisco mengetahui potensi demonstrasi di 1300 blok Market Street (Twitter), Senin 11 Januari 2021. SFPD telah menghubungi perwakilan dari Twitter. Kami akan memiliki sumber daya yang cukup tersedia untuk menanggapi demonstrasi apa pun serta panggilan untuk layanan di seluruh kota," tulis juru bicara departemen kepolisian dalam email, sebagaimana dilaporkan Tech Crunch (11/1/2021).
"Departemen Kepolisian San Francisco berkomitmen untuk memfasilitasi hak publik atas ekspresi kebebasan berbicara di First Amendment. Kami meminta setiap orang yang menggunakan hak First Amendment mereka untuk mempertimbangkan, menghormati, dan memperhatikan keselamatan orang lain," tambah pernyataan tersebut.
Baca Juga:
Karyawan Alphabet Desak Youtube Blokir Akun Donald Trump
Untuk diketahui, kantor pusat Twitter saat ini dalam kondisi kosong mengingat sebagian besar karyawan melakukan pekerjaan dari rumah alias WFH sejak pandemi menghantam tahun lalu.
Oleh sebab itu, menurut postingan di forum internet Reddit, pendukung Trump pun mengalihkan aksi demonstrasinya di luar kantor pusat Twitter.
Twitter adalah salah satu dari beberapa perusahaan teknologi yang mencabut platform presiden dan banyak pendukungnya setelah kerusuhan di Capitol pada hari Rabu.
Pada titik ini, sebagian besar nama besar di bidang teknologi telah berjanji untuk menutup akun Presiden karena disinyalir memposting hasutan untuk melakukan kekerasan setelah penggerebekan US Capitol yang menewaskan lima orang - termasuk seorang petugas Kepolisian Capitol.